Mitos dan Upaya Pelestarian Pohon Unik Berbatang Delapan di Situ Sangiang, Majalengka

Mitos dan Upaya Pelestarian Pohon Unik Berbatang Delapan di Situ Sangiang, Majalengka

Di Desa Sangiang, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka, terdapat sebuah pohon unik yang menjadi daya tarik tersendiri di kawasan wisata Situ Sangiang. Pohon yang memiliki keunikan berupa batang yang bercabang delapan sebelum menyatu kembali di bagian atas ini, bukan hanya fenomena alam semata, namun juga dibalut oleh berbagai mitos dan kepercayaan masyarakat setempat. Keberadaan pohon ini, yang selama ini menjadi warisan berharga bagi warga desa, kini terancam punah akibat eksploitasi yang didorong oleh kepercayaan-kepercayaan tersebut.

Salah satu mitos yang beredar menyebutkan bahwa kulit pohon ini memiliki kekuatan magis, mampu mendatangkan keharmonisan rumah tangga, bahkan dipercaya dapat menyelesaikan permasalahan poligami. Hal ini diungkapkan oleh tokoh masyarakat setempat, Diding Jaenudin. Diding menjelaskan bahwa meskipun kepercayaan tersebut tersebar luas di kalangan masyarakat, pada kenyataannya, keharmonisan rumah tangga lebih bergantung pada komunikasi dan usaha bersama antar pasangan. “Banyak informasi yang beredar, menurut saya menyesatkan. Ada yang bilang kulit pohon ini bisa menyelesaikan masalah poligami,” ujar Diding, sembari menambahkan dengan nada berkelakar, “Kalau menurut logika saya, yang dibutuhkan untuk keharmonisan rumah tangga ya cukup uang saja.”

Namun, mitos tersebut telah menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap kelestarian pohon unik ini. Banyak pengunjung yang percaya dan mengambil kulit pohon untuk dijadikan jimat, mengakibatkan pohon tersebut mengalami kerusakan serius dan hampir punah. “Dulu, saat isu tersebut merebak, pohon ini rusak parah sampai hampir punah,” jelas Diding. Beruntung, upaya penyelamatan dan pemulihan yang dilakukan oleh pengelola kawasan wisata berhasil mengembalikan ketahanan pohon ini. Kerusakan yang terjadi telah diperbaiki dengan menambal bagian yang kosong dengan bambu yang dibelah dan diisi tanah, sehingga akar-akar baru pun berhasil tumbuh kembali. “Alhamdulillah, sekarang akar-akar baru sudah tumbuh dan semakin membesar,” tambahnya.

Upaya pelestarian pohon ini terus dilakukan dengan berbagai cara. Selain perbaikan fisik, pengelola juga memasang peringatan kepada pengunjung agar tidak mengambil kulit pohon. “Kami memasang peringatan, bahkan mengancam dengan konsekuensi buruk bagi siapapun yang mengambil kulit pohon ini,” tutur Diding. Meskipun demikian, upaya pencegahan ini masih terus dilakukan mengingat masih ada saja pengunjung yang mencoba mengambil kulit pohon secara sembunyi-sembunyi.

Di balik cerita mistis yang melingkupinya, pohon unik berbatang delapan ini sesungguhnya merupakan simbol kekuatan alam dan kebanggaan lokal yang sangat berharga. Keberadaannya menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat Desa Sangiang dan turut memperkaya daya tarik wisata Situ Sangiang. Dengan upaya pelestarian yang intensif, diharapkan pohon ini tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang sebagai warisan alam yang berharga, serta menjadi bukti nyata harmoni antara alam, budaya, dan upaya konservasi.

*Langkah-langkah pelestarian yang dilakukan: * Perbaikan fisik pohon dengan menggunakan bambu dan tanah. * Pemasangan peringatan dan ancaman bagi pengunjung yang merusak pohon. * Upaya edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pelestarian pohon.