Sengkure: Tradisi Lebaran Unik di Kaur, Simbol Pembersihan Diri dan Warisan Budaya
Kabupaten Kaur, Bengkulu, menyimpan sebuah tradisi unik yang semarak menyambut Hari Raya Idul Fitri: Sengkure. Tradisi yang mengakar kuat di Desa Nasal ini, dipercaya telah berlangsung selama ratusan tahun, menjadi simbol pembersihan diri dan mempererat tali persaudaraan antar warga.
Asal Usul Sengkure: Dari Dongeng Pengantar Tidur Hingga Ritual Lebaran
Menurut Meki Elyantoni, seorang tokoh budaya Kaur, Sengkure bermula dari cerita rakyat yang dituturkan turun-temurun kepada anak-anak sebelum tidur. Sosok Sengkure digambarkan sebagai makhluk menakutkan yang bertujuan untuk menakut-nakuti anak-anak agar tidak berkeliaran di malam hari dan segera tidur. Seiring berjalannya waktu, cerita ini bertransformasi menjadi tradisi tahunan yang khas.
Kini, Sengkure diwujudkan dalam rupa kostum unik yang dikenakan oleh pemuda desa. Kostum tersebut terbuat dari bahan-bahan alami seperti ijuk pohon aren, tikar, dan dilengkapi dengan topeng menyeramkan. Penampilan Sengkure yang khas ini menambah daya tarik tradisi tersebut.
Makna dan Pelaksanaan Tradisi Sengkure
Setiap Hari Raya Idul Fitri, Sengkure diarak keliling desa diiringi alunan musik tradisional. Anak-anak dan orang dewasa berbondong-bondong menyaksikan pawai ini dengan antusias. Lebih dari sekadar tontonan, Sengkure juga berinteraksi langsung dengan warga.
Salah satu momen penting dalam tradisi Sengkure adalah ketika warga berjabat tangan dengan sosok Sengkure. Jabat tangan ini melambangkan permohonan maaf atas segala kesalahan yang diperbuat selama setahun terakhir dan menjadi simbol untuk memulai lembaran baru yang lebih baik setelah sebulan penuh berpuasa.
Bagi para perantau yang pulang kampung, tradisi Sengkure menjadi ajang silaturahmi yang efektif. Mereka dapat bertemu dan berinteraksi dengan sesama warga desa, mempererat kembali hubungan yang mungkin renggang karena jarak dan waktu.
Sengkure: Bukan Mistis, Melainkan Identitas Budaya
Meki Elyantoni menegaskan bahwa tradisi Sengkure sama sekali tidak mengandung unsur mistis. Sengkure murni merupakan permainan rakyat yang telah ada sejak zaman dahulu dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Suku Nasal.
Tradisi ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki nilai-nilai luhur seperti:
- Pelestarian budaya lokal: Sengkure menjadi sarana untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur.
- Mempererat rasa kebersamaan: Tradisi ini mendorong interaksi antar warga dan memperkuat rasa persatuan.
- Menciptakan suasana Lebaran yang meriah dan penuh kehangatan: Kehadiran Sengkure menambah semarak perayaan Idul Fitri dan memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi seluruh warga.
Potensi Wisata Budaya
Keunikan dan daya tarik tradisi Sengkure memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata budaya. Jika dikemas dengan baik, Sengkure dapat menjadi ikon budaya Kabupaten Kaur yang mampu menarik wisatawan untuk berkunjung setiap Hari Raya Idul Fitri. Hal ini tentu akan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan terus menjaga dan melestarikan tradisi Sengkure, masyarakat Kaur tidak hanya mempertahankan warisan budaya mereka, tetapi juga membuka peluang untuk mengembangkan potensi wisata yang berkelanjutan.