Kerentanan Pangan Global Mengintai: Ketergantungan Ekstrem pada Sembilan Komoditas Utama

Kerentanan Pangan Global Mengintai: Ketergantungan Ekstrem pada Sembilan Komoditas Utama

Laporan terbaru dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mengungkap fakta mencemaskan mengenai kerentanan sistem pangan global. Walaupun terdapat lebih dari 6.000 spesies tanaman yang berpotensi menjadi sumber pangan, dunia saat ini justru sangat bergantung pada hanya sembilan komoditas utama. Ketergantungan yang berlebihan ini menciptakan risiko signifikan terhadap ketahanan pangan dan keberlanjutan pertanian global.

Dominasi Sembilan Komoditas

Laporan FAO, yang berjudul Third Report on the State of the World’s Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (SoW3), menyoroti bahwa 60% produksi pangan global saat ini hanya bertumpu pada sembilan jenis tanaman, yaitu:

  • Tebu
  • Jagung
  • Beras
  • Gandum
  • Kentang
  • Kedelai
  • Kelapa Sawit
  • Bit Gula
  • Singkong

Ketergantungan yang ekstrem ini membatasi keanekaragaman pangan dan meningkatkan risiko terhadap guncangan eksternal, seperti perubahan iklim, serangan hama dan penyakit, serta fluktuasi harga komoditas.

Ancaman Terhadap Keanekaragaman Lokal

Laporan FAO juga menyoroti ancaman terhadap varietas tanaman lokal yang dikembangkan oleh petani secara tradisional (farmer's varieties/landraces atau FV/LR). Meskipun rata-rata ancaman secara global adalah 6%, beberapa wilayah menghadapi risiko yang jauh lebih tinggi, mencapai 18% atau lebih. Wilayah-wilayah ini mencakup Afrika bagian selatan, Karibia, dan Asia Barat. Hilangnya varietas lokal ini bukan hanya berarti hilangnya keanekaragaman hayati, tetapi juga hilangnya pengetahuan tradisional dan sistem pertanian yang berkelanjutan.

Peran Penting Varietas Lokal

Data yang dikumpulkan oleh FAO menunjukkan bahwa varietas lokal masih memainkan peran penting dalam produksi pangan, terutama di wilayah-wilayah yang kaya akan keanekaragaman tanaman. Sekitar 35 juta hektar lahan pertanian di 51 negara digunakan untuk menanam varietas tanaman yang dikembangkan oleh petani secara tradisional. Luas lahan ini mencakup hampir setengah dari total lahan pertanian di wilayah-wilayah tersebut.

Tantangan Perubahan Iklim

Perubahan iklim menjadi ancaman yang semakin nyata terhadap keanekaragaman pangan. Bencana alam seperti kekeringan, banjir, dan gelombang panas dapat menghancurkan tanaman dan mengurangi hasil panen. FAO mencatat bahwa banyak negara masih menghadapi kesenjangan dalam menilai dampak bencana terhadap keanekaragaman tanaman pangan. Selain itu, tantangan lainnya adalah memastikan ketersediaan sumber bahan tanaman yang andal dan adaptasi plasma nutfah yang didistribusikan kepada petani setelah bencana terhadap kondisi lokal.

Perlunya Tindakan Segera

Temuan laporan FAO ini menggarisbawahi perlunya tindakan segera untuk mengatasi kerentanan sistem pangan global. Langkah-langkah yang perlu diambil antara lain:

  • Diversifikasi produksi pangan: Mengembangkan dan mempromosikan budidaya tanaman pangan alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada sembilan komoditas utama.
  • Konservasi keanekaragaman hayati: Melindungi dan melestarikan varietas tanaman lokal yang berharga.
  • Adaptasi terhadap perubahan iklim: Mengembangkan varietas tanaman yang tahan terhadap perubahan iklim dan mempromosikan praktik pertanian yang berkelanjutan.
  • Peningkatan penelitian dan pengembangan: Meningkatkan investasi dalam penelitian dan pengembangan tanaman pangan alternatif dan teknologi pertanian yang inovatif.

Dengan mengambil tindakan yang tepat, kita dapat membangun sistem pangan yang lebih tangguh, berkelanjutan, dan mampu memenuhi kebutuhan pangan populasi dunia yang terus bertambah.