Arus Balik Lebaran: Praktik Berbahaya 'Cengpat' Warnai Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk
Arus Balik Lebaran: Praktik Berbahaya 'Cengpat' Warnai Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk
Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menjadi saksi bisu kepadatan arus balik Lebaran 2025. Ribuan pemudik mulai memadati pelabuhan ini sejak Kamis (3/4/2025), dengan tujuan kembali ke tempat perantauan di Pulau Dewata, Bali. Data dari PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Ketapang menunjukkan peningkatan signifikan jumlah penumpang dan kendaraan yang menyeberang.
Dalam kurun waktu 24 jam terakhir, tercatat sebanyak 43.765 orang dan 10.704 kendaraan telah menyeberang dari Jawa ke Bali melalui Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk. Sepeda motor masih menjadi moda transportasi favorit, dengan 5.089 unit tercatat menyeberang pada H+3 Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah. Lonjakan ini menunjukkan mobilitas tinggi masyarakat pasca perayaan Idul Fitri.
Namun, di tengah hiruk pikuk arus balik, sebuah fenomena memprihatinkan masih terlihat, yakni praktik "cengpat" (bonceng empat) dan "cenglu" (bonceng telu) menggunakan sepeda motor. Praktik ini jelas melanggar aturan keselamatan lalu lintas dan membahayakan keselamatan pengendara serta penumpangnya.
Pengakuan Pemudik Tentang Bahaya Cengpat
Ainul, seorang warga Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, menjadi salah satu contoh pemudik yang nekat melakukan praktik "cengpat". Ia bersama tiga anggota keluarganya berencana kembali ke Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali, dengan mengendarai satu sepeda motor.
"Sejauh ini tidak ada kendala," ujarnya, meski sadar akan risiko yang dihadapi. Ia mengaku telah menyiapkan jas hujan sebagai antisipasi terhadap cuaca buruk. Pengakuan ini mencerminkan kurangnya kesadaran sebagian masyarakat akan bahaya praktik "cengpat".
Kisah serupa juga datang dari Mustakim, warga Kecamatan Siliragung, Banyuwangi. Ia memilih "cenglu" bersama istri dan anaknya yang masih berusia enam tahun. Alasan yang dikemukakan adalah ketidakpraktisan menggunakan transportasi umum.
"Kalau naik transportasi umum kurang praktis," ungkapnya. Mustakim, yang bekerja serabutan di Denpasar, Bali, juga telah mempersiapkan jas hujan dan berencana mencari tempat berteduh jika cuaca memburuk.
Bahaya dan Imbauan Keselamatan
Praktik "cengpat" dan "cenglu" sangat berbahaya karena dapat menyebabkan:
- Hilangnya keseimbangan: Beban berlebih pada sepeda motor dapat menyebabkan hilangnya keseimbangan, terutama saat bermanuver atau melewati jalan yang tidak rata.
- Kerusakan pada kendaraan: Beban berlebih dapat mempercepat kerusakan pada komponen sepeda motor, seperti ban, suspensi, dan rem.
- Kecelakaan lalu lintas: Risiko kecelakaan lalu lintas meningkat karena sulitnya mengendalikan sepeda motor dengan beban berlebih.
Oleh karena itu, pihak kepolisian dan Dinas Perhubungan mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan praktik "cengpat" dan "cenglu". Keselamatan harus menjadi prioritas utama dalam perjalanan mudik dan balik Lebaran.
Alternatif Transportasi yang Lebih Aman
Pemerintah telah menyediakan berbagai alternatif transportasi yang lebih aman dan nyaman, seperti bus, kereta api, dan kapal laut. Masyarakat diimbau untuk memanfaatkan fasilitas ini demi keselamatan bersama.
Selain itu, pemudik juga diimbau untuk:
- Memeriksa kondisi kendaraan sebelum berangkat.
- Beristirahat yang cukup selama perjalanan.
- Mematuhi rambu-rambu lalu lintas.
- Tidak memaksakan diri jika merasa lelah atau mengantuk.
Dengan mematuhi imbauan ini, diharapkan perjalanan arus balik Lebaran dapat berjalan lancar, aman, dan selamat sampai tujuan.