Indonesia Akhiri Misi Bantuan Gempa Myanmar: Fokus pada Pemulihan Mandiri
Indonesia Akhiri Misi Bantuan Gempa Myanmar: Fokus pada Pemulihan Mandiri
Jakarta – Pemerintah Indonesia secara resmi mengakhiri misi kemanusiaannya di Myanmar, pasca-gempa bumi dahsyat yang melanda negara tersebut. Penghentian bantuan ini ditandai dengan pengiriman gelombang ketiga bantuan pada Kamis, 3 April 2025, melengkapi upaya tanggap darurat yang telah berlangsung sejak akhir Maret.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, menegaskan bahwa bantuan tahap ketiga ini menjadi yang terakhir dari pemerintah. “Ini adalah tahap akhir dari dukungan pemerintah RI. Selanjutnya, bantuan dari masyarakat Indonesia akan disalurkan melalui jalur non-pemerintah,” jelas Suharyanto usai pelepasan bantuan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Selama masa tanggap darurat, Indonesia telah mengirimkan total 157 personel kemanusiaan ke Myanmar. Tim ini terdiri dari berbagai elemen, termasuk perwakilan dari:
- Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK)
- Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
- Badan SAR Nasional (Basarnas)
Suharyanto merinci, total bantuan logistik yang dikirimkan mencapai 124 ton. Sebagian bantuan, sekitar 24 ton, telah tiba lebih dulu di Myanmar, berasal dari Markas Besar TNI dan Kementerian Pertahanan. Bantuan tersebut meliputi berbagai kebutuhan mendesak, termasuk perlengkapan SAR, kendaraan truk, genset, dan barang-barang penting lainnya.
Pengiriman tahap terakhir melibatkan dua pesawat, yaitu pesawat Garuda 747-800 dan pesawat kargo, yang mengangkut sekitar 105 ton bantuan. Bantuan ini terdiri dari obat-obatan dari Kemenkes, serta sumbangan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Pertanian, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), BNPB, dan sektor swasta.
Sektor swasta juga memainkan peran penting dalam misi kemanusiaan ini. Organisasi seperti Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Human Initiative, AGP, dan Budha Tzu Chi turut menyumbangkan sumber daya untuk membantu para korban gempa.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, menekankan bahwa semua bantuan yang dikirimkan didasarkan pada penilaian kebutuhan yang cermat di lapangan. Gempa bumi bermagnitudo 7,7 yang mengguncang Myanmar pada 28 Maret telah menyebabkan kerusakan dan penderitaan yang signifikan.
“Kami membawa barang-barang yang paling dibutuhkan oleh saudara-saudara kita di Myanmar,” ujar Pratikno.
Logistik dan personel kemanusiaan diberangkatkan dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta menuju Naypyidaw, ibukota Myanmar. Setelah tiba di Naypyidaw, tim dan bantuan melanjutkan perjalanan ke Yangoon, kota terbesar di Myanmar, untuk mendistribusikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
Dengan berakhirnya misi bantuan pemerintah, diharapkan masyarakat Indonesia yang ingin terus memberikan dukungan dapat melakukannya melalui organisasi non-pemerintah yang terpercaya. Fokus kini beralih ke upaya pemulihan jangka panjang dan pembangunan kembali di wilayah-wilayah yang terdampak gempa.
Bantuan dari Indonesia diharapkan dapat meringankan beban para korban gempa di Myanmar dan membantu mereka membangun kembali kehidupan mereka. Semangat solidaritas dan kemanusiaan terus menjadi landasan hubungan baik antara kedua negara.
Indonesia berharap, dengan selesainya misi ini, Myanmar dapat segera bangkit dan pulih dari dampak gempa bumi. Indonesia akan terus memantau situasi dan siap memberikan dukungan lebih lanjut jika diperlukan, melalui mekanisme yang berbeda.
Daftar Bantuan yang Dikirim
- Obat-obatan
- Perlengkapan SAR
- Kendaraan Truk
- Genset
- Barang-barang kebutuhan pokok