Waspadai Hipotensi: Gejala, Penyebab, dan Kapan Harus Bertindak
Waspadai Hipotensi: Gejala, Penyebab, dan Kapan Harus Bertindak
Merasa pusing saat berdiri, tubuh lemas tanpa alasan, atau bahkan hampir pingsan? Jangan anggap remeh! Kondisi ini bisa jadi indikasi hipotensi atau tekanan darah rendah. Meskipun sering diabaikan, hipotensi yang tidak terkontrol dapat berdampak serius pada kualitas hidup.
Hipotensi didefinisikan sebagai kondisi ketika tekanan darah sistolik berada di bawah 90 mmHg dan tekanan darah diastolik di bawah 60 mmHg. Batasan ini, menurut berbagai sumber medis terkemuka, menjadi acuan untuk mengidentifikasi kondisi ini. Sementara beberapa individu mungkin tidak merasakan dampak signifikan dari tekanan darah rendah, yang lain dapat mengalami berbagai gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Mengenali Gejala Hipotensi
Asosiasi Jantung Amerika (AHA) mengidentifikasi beberapa gejala umum yang terkait dengan hipotensi:
- Pusing dan Kepala Terasa Ringan: Terutama saat perubahan posisi secara tiba-tiba, seperti berdiri dari duduk atau berbaring.
- Sinkop (Pingsan): Disebabkan oleh kurangnya aliran darah yang memadai ke otak.
- Gangguan Penglihatan: Penglihatan kabur atau berkunang-kunang akibat suplai darah ke mata yang berkurang.
- Mual dan Lemas: Seringkali muncul tanpa penyebab yang jelas.
- Kesulitan Berkonsentrasi: Otak tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi.
Dehidrasi dan kekurangan elektrolit dapat memperburuk gejala-gejala ini, sebagaimana dijelaskan dalam jurnal BMJ Open.
Memahami Penyebab Hipotensi
Institut Jantung, Paru-paru, dan Darah Nasional (NHLBI) mengidentifikasi beberapa penyebab utama hipotensi:
- Dehidrasi: Kekurangan cairan tubuh menurunkan volume darah dan tekanan darah.
- Perdarahan: Kehilangan darah akibat cedera atau perdarahan internal dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang signifikan.
- Masalah Jantung: Bradikardia (detak jantung lambat), gagal jantung, dan serangan jantung dapat menyebabkan hipotensi.
- Gangguan Endokrin: Ketidakseimbangan hormon akibat penyakit Addison atau diabetes dapat memicu hipotensi.
- Efek Samping Obat: Beberapa obat, seperti diuretik, beta-blocker, dan antidepresan, dapat menyebabkan tekanan darah rendah.
- Sepsis (Infeksi Berat): Dapat menyebabkan syok septik, yang mengakibatkan penurunan tekanan darah drastis.
Jenis-Jenis Hipotensi
Mayo Clinic mengklasifikasikan hipotensi menjadi beberapa jenis:
- Hipotensi Ortostatik: Penurunan tekanan darah saat berdiri terlalu cepat.
- Hipotensi Postprandial: Penurunan tekanan darah setelah makan, sering terjadi pada lansia.
- Hipotensi Mediasi Neural: Sering dialami oleh anak muda akibat gangguan komunikasi antara jantung dan otak.
Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter?
American College of Cardiology (ACC) merekomendasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami gejala hipotensi yang mengganggu, terutama jika:
- Gejala terjadi terus-menerus atau semakin parah.
- Anda mengalami pingsan atau kesulitan bernapas.
- Hipotensi disertai nyeri dada atau detak jantung tidak teratur.
Jangan tunda! Konsultasi dengan dokter akan membantu mengidentifikasi penyebab hipotensi dan menentukan penanganan yang tepat.
Penting untuk diingat: Informasi di atas bersifat umum dan tidak menggantikan diagnosis atau saran medis profesional. Selalu konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai dengan kondisi Anda.