Bahaya Tidur Setelah Sahur: Risiko GERD, Penyakit Kardiovaskular, dan Stroke

Bahaya Tidur Setelah Sahur: Risiko GERD, Penyakit Kardiovaskular, dan Stroke

Kebiasaan tidur setelah sahur, yang umum terjadi di bulan Ramadan, ternyata menyimpan sejumlah risiko kesehatan yang perlu diwaspadai. Menurut Dede Nasrullah, pakar kesehatan dari Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), praktik ini dapat memicu berbagai masalah, mulai dari gangguan pencernaan hingga penyakit kronis yang serius. Penjelasannya, yang disampaikan pada Rabu (5/3/2025), mengungkap dampak negatif dari kebiasaan ini terhadap tubuh.

Sistem pencernaan manusia membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk memproses makanan yang dikonsumsi. Saat tidur, sebagian besar fungsi tubuh, kecuali organ vital seperti otak, jantung, dan paru-paru, akan melambat. Kondisi ini mengakibatkan proses pencernaan terganggu. Akibatnya, asam lambung dapat kembali naik ke kerongkongan, menyebabkan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Gejala GERD meliputi sensasi panas di dada dan tenggorokan, mual, bersendawa, dan rasa pahit di mulut. Untuk mencegah GERD, Dede Nasrullah menyarankan untuk menunggu minimal 3 jam setelah sahur sebelum tidur, sehingga proses pencernaan dapat berjalan optimal.

Selain GERD, tidur setelah sahur juga meningkatkan risiko penumpukan lemak tubuh. Kalori dari makanan sahur yang tidak terpakai akibat istirahat panjang akan tersimpan sebagai lemak, khususnya jika menu sahur didominasi karbohidrat dan lemak. Kondisi ini dapat memperburuk kondisi kesehatan dan meningkatkan berat badan. Lebih lanjut, GERD juga dapat memicu sakit tenggorokan. Bahayanya lagi, tidur setelah sahur juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Mengonsumsi makanan berat sebelum tidur dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung lama dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, serangan jantung, stroke, dan penyakit kronis lainnya. Oleh karena itu, penting untuk menghindari mengonsumsi makanan berat sebelum tidur, apalagi dalam kondisi tubuh yang lelah.

Tidur setelah makan juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan lainnya, seperti sembelit (konstipasi). Proses pengosongan lambung membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam. Posisi berbaring akan menghambat proses ini, mengakibatkan makanan tertahan lebih lama di dalam lambung dan memicu sembelit. Selain itu, gangguan pencernaan dapat mengurangi suplai oksigen ke otak karena sistem pencernaan yang bekerja keras. Kondisi ini dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko stroke.

Kesimpulannya, tidur setelah sahur memiliki berbagai konsekuensi negatif bagi kesehatan. Untuk menjaga kesehatan selama bulan Ramadan, disarankan untuk menghindari tidur langsung setelah sahur dan menunggu minimal 3 jam agar proses pencernaan berjalan lancar. Memilih menu sahur yang seimbang dan menghindari makanan berat juga penting untuk mengurangi risiko masalah kesehatan yang telah dijelaskan.

Berikut ringkasan dampak negatif tidur setelah sahur:

  • GERD (Gastroesophageal Reflux Disease): Refluks asam lambung menyebabkan sensasi panas di dada dan tenggorokan, mual, bersendawa, dan rasa pahit di mulut.
  • Penumpukan Lemak: Kalori yang tidak terpakai tersimpan sebagai lemak, terutama jika sahur banyak mengandung karbohidrat dan lemak.
  • Sakit Tenggorokan: Efek lanjutan dari GERD.
  • Penyakit Kardiovaskular: Peningkatan tekanan darah meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, serangan jantung, dan stroke.
  • Stroke: Gangguan pencernaan dapat mengurangi suplai oksigen ke otak.
  • Sembelit (Konstipasi): Proses pengosongan lambung terhambat karena posisi berbaring.