Ritual Sakral Sungkem Tlompak: Menghormati Alam dan Leluhur di Lereng Merbabu
Menjelajahi Kearifan Lokal: Ritual Sungkem Tlompak di Kaki Gunung Merbabu
Di lereng Gunung Merbabu yang subur, sebuah tradisi kuno bernama Sungkem Tlompak tetap lestari. Lebih dari sekadar ritual, Sungkem Tlompak adalah perwujudan harmoni antara manusia dan alam, penghormatan mendalam kepada leluhur, serta upaya menjaga keseimbangan ekologis. Tradisi ini berpusat di sekitar mata air Tlompak, sebuah sumber kehidupan yang dimuliakan oleh masyarakat Dusun Gejayan dan Keditan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Setiap tahun, menjelang Hari Raya Idul Fitri, masyarakat berkumpul untuk melaksanakan Sungkem Tlompak. Prosesi ini dipimpin oleh seorang tokoh spiritual, Sujak (Parto Wiyoto), yang memandu serangkaian ritual dengan membawa sesaji dan melantunkan doa-doa kepada Semesta. Keunikan ritual ini terletak pada sosok juru kunci mata air, Alip, yang konon dirasuki oleh Mbah Singo Barong, salah satu penunggu Tlompak bersama Silem Dalem dan Dewi Nawang Wulan. Dalam kondisi trans, Alip menyampaikan pesan-pesan penting tentang pentingnya menjaga Tlompak dan menghormati alam.
Makna Mendalam di Balik Ritual
Sungkem Tlompak bukan sekadar seremonial. Tradisi ini berakar pada sejarah panjang masyarakat yang pernah mengalami masa paceklik. Ritual ini menjadi ungkapan syukur atas berkah kehidupan dan permohonan perlindungan dari segala marabahaya. Sujak meyakini bahwa jika tradisi ini dilupakan, akan datang tulah sarik (bala) yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat, mulai dari kesulitan rezeki hingga kecelakaan.
Berikut adalah beberapa poin penting mengenai Sungkem Tlompak:
- Waktu Pelaksanaan: Biasanya dilaksanakan setiap tanggal 5 Syawal, namun dapat dimajukan jika berbenturan dengan ibadah lain.
- Tujuan: Ungkapan syukur, penghormatan kepada leluhur, dan permohonan perlindungan.
- Tokoh Kunci:
- Sujak (Parto Wiyoto): Pemimpin upacara.
- Alip: Juru kunci mata air yang dirasuki Mbah Singo Barong.
- Penunggu Tlompak: Singo Barong, Silem Dalem, dan Dewi Nawang Wulan.
- Lokasi: Mata air Tlompak di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.
Spirit Ekologis dan Kesadaran Lingkungan
Lebih dari sekadar aspek spiritual, Sungkem Tlompak juga mengandung nilai-nilai ekologis yang kuat. Masyarakat setempat memiliki pantangan untuk menebang pohon di sekitar Tlompak, karena mitos yang melingkupinya. Hal ini mendorong kesadaran untuk menanam pohon, seperti pohon beringin, di lingkungan mata air. Singgih Arif Kusnadi, seorang tokoh masyarakat setempat, menyebut Sungkem Tlompak sebagai tradisi yang memiliki spirit ekologis. Kesadaran ini sangat penting dalam menjaga kelestarian sumber air dan lingkungan di sekitar Gunung Merbabu.
Warisan Budaya yang Terus Dilestarikan
Sungkem Tlompak bukan hanya menjadi ritual keagamaan, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan antarwarga. Tradisi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Dusun Gejayan dan Keditan. Di tengah modernisasi, masyarakat berkomitmen untuk terus melestarikan Sungkem Tlompak sebagai warisan budaya yang berharga, menjaga harmoni antara manusia, alam, dan leluhur.