Pengorbanan Profesi: Sembilan Tahun Lebaran di Garis Depan Informasi, Kisah Jurnalis TV yang Rindu Kampung Halaman
Profesi jurnalis seringkali menuntut pengorbanan pribadi, terutama saat momen-momen penting seperti Hari Raya Idul Fitri. Di saat banyak orang berkumpul dengan keluarga, para jurnalis justru berada di garis depan, menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Thifal, seorang jurnalis di KOMPAS TV, telah merasakan pahit manisnya merayakan Lebaran jauh dari keluarga selama sembilan tahun terakhir. Kisahnya terungkap dalam sebuah perbincangan, di mana ia berbagi pengalaman tentang bagaimana ia mengelola kerinduan dan tetap profesional dalam menjalankan tugasnya.
Potongan video yang viral baru-baru ini, yang menampilkan reaksi para jurnalis televisi nasional saat menerima panggilan video dari keluarga mereka, menjadi pengingat akan dedikasi para pekerja media. Jen, seorang jurnalis iNews TV, bahkan mengaku sudah tiga tahun tidak mencicipi opor ayam buatan ibunya. Pengalaman serupa dialami oleh Thifal, yang selama sembilan tahun terakhir selalu bertugas saat Lebaran.
"Lebaran tepat waktu di rumah? Belum pernah lagi sih," ungkap Thifal kepada Kompas.com.
Sembilan tahun bertugas saat Lebaran telah mengajarkan Thifal untuk menerima risiko pekerjaannya. Ia memahami bahwa sebagai jurnalis, ia memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi kepada masyarakat, bahkan di saat-saat penting seperti Lebaran. Baginya, ini adalah bagian dari "jasa informasi" yang ia berikan.
Thifal lebih memilih istilah "terlambat mudik" daripada "tidak sempat mudik". Ia biasanya baru bisa pulang ke kampung halamannya di Pekanbaru, Riau, beberapa waktu setelah Lebaran. Kadang, ia baru bisa mudik satu minggu setelah Lebaran, namun seringkali jadwalnya harus disesuaikan dengan kebutuhan tim.
Pengalaman pertama Thifal bertugas jauh dari keluarga saat Lebaran terjadi pada tahun 2017. Saat itu, ia masih menjadi reporter di stasiun TV lain di Bandung. Meskipun merasa tidak terbiasa dengan situasi tersebut, ia tetap fokus pada tugasnya.
"Lebih ke nggak biasa aja. Biasanya kan menuju lebaran baik buat liburan pergi main ketemu teman, singgah ke keluarga," ujarnya.
Di awal-awal tahun bertugas saat lebaran, Thifal mengaku sempat merasa terpikir untuk terus bekerja. Ia fokus mencari materi, memikirkan angle berita, dan merencanakan liputan. Melihat orang lain berlibur, ia sempat merasa iri. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai memahami bahwa setiap pekerjaan memiliki konsekuensi dan tanggung jawab yang harus diemban.
Sembilan tahun bertugas saat Lebaran telah membentuk Thifal menjadi pribadi yang lebih dewasa dan bertanggung jawab. Ia menyadari bahwa pengorbanan yang ia lakukan adalah bagian dari dedikasinya sebagai seorang jurnalis. Ia tetap menjalankan tugasnya dengan profesionalisme, meskipun jauh dari keluarga dan suasana Lebaran yang hangat. Kisah Thifal adalah cerminan dari pengorbanan dan dedikasi para jurnalis yang terus bekerja untuk memberikan informasi kepada masyarakat, bahkan di saat-saat penting seperti Hari Raya Idul Fitri. Ini juga menjadi pengingat bagi kita semua untuk menghargai kerja keras dan pengorbanan para jurnalis yang seringkali luput dari perhatian.
Beberapa poin penting dari kisah Thifal:
- Pengorbanan: Jurnalis seringkali harus mengorbankan waktu bersama keluarga, terutama saat momen-momen penting.
- Dedikasi: Thifal menunjukkan dedikasi yang tinggi terhadap profesinya, meskipun harus merayakan Lebaran jauh dari keluarga.
- Profesionalisme: Thifal tetap profesional dalam menjalankan tugasnya, meskipun merasa rindu kampung halaman.
- Tanggung Jawab: Thifal menyadari tanggung jawabnya sebagai jurnalis untuk memberikan informasi kepada masyarakat.
- Adaptasi: Thifal belajar untuk beradaptasi dengan situasi yang tidak biasa dan tetap fokus pada pekerjaannya.
Kisah Thifal memberikan gambaran tentang realitas yang dihadapi oleh banyak jurnalis di Indonesia. Mereka adalah pahlawan informasi yang bekerja tanpa lelah untuk memberikan berita dan informasi yang akurat dan terpercaya kepada masyarakat.