Gejolak Harga Cabai dan Bawang Merah Usai Lebaran: Pasar Belum Pulih Jadi Pemicu Utama

Gejolak Harga Cabai dan Bawang Merah Usai Lebaran: Pasar Belum Pulih Jadi Pemicu Utama

JAKARTA - Harga cabai dan bawang merah mengalami lonjakan signifikan pasca-Lebaran, memicu kekhawatiran di kalangan konsumen dan pelaku usaha. Lonjakan harga ini menjadi sorotan utama, terutama karena terjadi di tengah upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pangan.

Abdul Hamid, Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), menjelaskan bahwa kenaikan harga yang mencapai Rp 100.000 per kilogram untuk beberapa jenis cabai, bukan disebabkan oleh kekurangan pasokan. Melainkan lebih disebabkan oleh belum normalnya aktivitas pasar setelah libur panjang.

"Kenaikan harga cabai, khususnya cabai keriting yang sempat menyentuh Rp 90.000 hingga Rp 100.000 per kilogram, lebih disebabkan oleh peningkatan permintaan yang tidak seimbang dengan jumlah penjual yang aktif," ujar Abdul Hamid dalam rapat koordinasi bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas).

Abdul Hamid juga memproyeksikan bahwa harga cabai akan berangsur turun dalam beberapa hari mendatang. Optimisme ini didasarkan pada perkiraan panen raya cabai yang akan segera tiba, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pasokan di pasar.

Data Harga Cabai dan Bawang Merah

Menurut data dari Panel Harga Bapanas pada hari Kamis, harga rata-rata nasional cabai rawit merah mencapai Rp 88.843 per kilogram. Angka ini jauh melampaui Harga Acuan Penjualan (HAP) yang ditetapkan pemerintah, yaitu antara Rp 40.000 hingga Rp 57.000 per kilogram. Cabai merah keriting juga mengalami kenaikan harga, mencapai Rp 64.341 per kilogram secara nasional, atau naik 16,98 persen dari HAP sebesar Rp 37.000 hingga Rp 55.000 per kilogram.

Senada dengan Abdul Hamid, Champion Bawang Merah, Akhmad Soleh, juga menyoroti belum normalnya aktivitas pasar sebagai penyebab utama kenaikan harga bawang merah. Ia menegaskan bahwa kenaikan harga bukan disebabkan oleh kekurangan stok.

"Lonjakan harga bawang merah bukan karena kurang stok, tetapi karena aktivitas pasar dan lalu lintas barang yang belum sepenuhnya normal setelah libur Lebaran," kata Akhmad Soleh.

Untuk mengatasi masalah ini, pihaknya telah berkoordinasi dengan mitra petani untuk melakukan pengiriman tambahan bawang merah asal Kendal sebanyak 8 ton. Bawang merah ini akan didistribusikan ke pasar-pasar tradisional dengan harapan dapat menstabilkan harga.

Prediksi Harga Bawang Merah

Akhmad Soleh memprediksi bahwa harga bawang merah akan mulai berangsur turun pada H+8 Idul Fitri, seiring dengan normalnya kembali aktivitas pasar.

Berdasarkan data Panel Harga Bapanas pada hari Kamis, harga rata-rata nasional bawang merah mencapai Rp 44.758 per kilogram. Harga ini juga lebih tinggi dari HAP bawang merah yang ditetapkan sebesar Rp 36.500 hingga Rp 41.000 per kilogram. Kenaikan harga tertinggi terjadi di Maluku Utara, mencapai Rp 55.769 per kilogram, sementara kenaikan terendah terjadi di Sumatera Barat, yaitu Rp 35.414 per kilogram.

Upaya Stabilisasi Harga

Pemerintah dan berbagai pihak terkait terus berupaya untuk menstabilkan harga cabai dan bawang merah. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain:

  • Mempercepat distribusi pasokan: Memastikan kelancaran distribusi cabai dan bawang merah dari sentra produksi ke pasar-pasar tradisional.
  • Memantau harga secara ketat: Melakukan pemantauan harga secara berkala untuk mengidentifikasi potensi masalah dan mengambil tindakan yang diperlukan.
  • Mengadakan operasi pasar: Jika diperlukan, pemerintah dapat mengadakan operasi pasar untuk menjual cabai dan bawang merah dengan harga yang lebih terjangkau.
  • Mengoptimalkan rantai pasok: Pemerintah berupaya untuk memangkas rantai pasok yang panjang dan tidak efisien, sehingga dapat menekan biaya dan harga.

Diharapkan dengan berbagai upaya yang dilakukan, harga cabai dan bawang merah dapat segera stabil dan kembali terjangkau bagi masyarakat.