Antisipasi Kepadatan Mudik Lebaran 2025, Polri dan Pemerintah Terapkan Rekayasa Lalin di Tol Solo-Yogyakarta dan Titik Rawan Macet Lainnya
Polri dan Pemerintah Bersinergi Atasi Potensi Kepadatan Arus Mudik Lebaran 2025
Jakarta - Pemerintah bersama Kepolisian Republik Indonesia (Polri) meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi kepadatan arus mudik dan balik Lebaran 2025. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Budi Gunawan, mengungkapkan bahwa rekayasa lalu lintas secara bertahap akan diterapkan di ruas Tol Solo-Yogyakarta, disesuaikan dengan kondisi lapangan.
"Rekayasa lalu lintas bersifat dinamis, menyesuaikan kebutuhan di lapangan. Tujuannya jelas, agar masyarakat tidak terjebak dalam kemacetan panjang," tegas Budi Gunawan dalam keterangan persnya, Jumat (4/4/2025).
Penerapan Rekayasa Lalu Lintas di Beberapa Titik Kritis
Selain Tol Solo-Yogyakarta, rekayasa lalu lintas juga akan diberlakukan di titik-titik rawan kemacetan lainnya, seperti ruas Brebes dan jalur alternatif Nagrek. Opsi one way lokal akan diterapkan di kedua wilayah tersebut untuk mengurai kepadatan.
Di Tol Jakarta-Cikampek, khususnya dari Kilometer (Km) 70 hingga Km 47, skema contraflow disiapkan untuk menjaga kelancaran arus lalu lintas selama periode libur Lebaran.
Antisipasi Peningkatan Arus Balik
Pemerintah memperkirakan peningkatan volume kendaraan di Jakarta akan kembali terjadi pada periode arus balik, yakni antara 5 hingga 7 April 2025. Namun, data per 2 April 2025 menunjukkan adanya penurunan kepadatan arus lalu lintas di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
"Data yang kami himpun menunjukkan bahwa jumlah kendaraan yang keluar dan masuk Jabodetabek melalui jalan tol dan arteri mencapai 417.974 kendaraan. Angka ini menurun signifikan, sebesar 73,4 persen, dibandingkan hari sebelumnya," jelas Budi Gunawan.
Situasi Keamanan Nasional Terkendali dan Penurunan Angka Kecelakaan
Secara umum, Menko Polhukam menegaskan bahwa situasi keamanan nasional saat ini berada dalam kondisi terkendali. Penurunan kepadatan lalu lintas yang terjadi sejak 1 April 2025 juga berdampak positif pada penurunan angka kecelakaan lalu lintas.
"Di Jakarta, misalnya, tercatat 294 kasus kecelakaan lalu lintas. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 25,76 persen dibandingkan data pada periode yang sama tahun 2024," ungkap mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) tersebut.
Sinergi Lintas Kementerian dan Lembaga
Pemerintah tidak hanya fokus pada aspek pengamanan dan pengaturan lalu lintas. Berbagai Kementerian/Lembaga, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta pemerintah daerah, dikerahkan untuk memantau cuaca ekstrem dan melakukan mitigasi bencana.
Upaya ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya pelayanan publik terpadu dan jaminan keamanan nasional selama masa mudik Lebaran.
"Ini bukan sekadar urusan teknis pengaturan lalu lintas atau pengamanan tempat wisata. Ini adalah cerminan kesiapan nasional dalam menjawab kebutuhan masyarakat secara menyeluruh," tegas Budi Gunawan.
Imbauan Kepada Masyarakat
Pemerintah berkomitmen untuk terus memantau situasi hingga seluruh rangkaian arus balik Lebaran selesai. Menko Polhukam mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga ketertiban bersama.
"Dengan kerja sama dari seluruh pihak, mari kita pastikan libur panjang ini dapat berlangsung dengan aman dan kondusif," pungkasnya.
Rekayasa Lalu Lintas di Tol Solo-Yogyakarta
Sebelumnya, Polda Jawa Tengah telah menerapkan rekayasa lalu lintas di ruas Tol Solo-Yogyakarta untuk mengantisipasi lonjakan arus mudik pada H+3 Lebaran, Rabu (2 April 2025). Dirlantas Polda Jawa Tengah, Brigjen Pol Sonny Irawan, menjelaskan bahwa kepadatan terjadi akibat tingginya mobilitas masyarakat menuju Yogyakarta setelah puncak arus mudik pada 28-29 Maret 2025.
"Kami melihat ada peningkatan drastis arus kendaraan yang masuk ke Jogja. Oleh karena itu, penyesuaian pola rekayasa lalu lintas diperlukan agar pergerakan kendaraan tetap lancar," kata Sonny.
Rekayasa ini diperlukan karena jalur arteri Klaten-Yogyakarta memiliki kapasitas yang lebih kecil dan rentan terhadap kemacetan. Salah satu langkah yang diambil adalah mengubah arah lalu lintas di Taman Martani, yang sebelumnya digunakan untuk arus balik, menjadi jalur untuk arus mudik ke Yogyakarta.
"Rekayasa ini bertujuan untuk menghindari penyumbatan arus kendaraan di jalur arteri Klaten-Jogja yang memiliki kapasitas jalan lebih kecil dibandingkan jalur tol," jelas Sonny.