Ketupat Jembut: Simbol Syawalan Unik di Semarang yang Diperebutkan

Ketupat Jembut: Simbol Syawalan Unik di Semarang yang Diperebutkan

Perayaan Idul Fitri di Indonesia tidak hanya diwarnai dengan opor ayam dan silaturahmi, tetapi juga dengan tradisi unik yang berbeda di setiap daerah. Di Semarang, Jawa Tengah, terdapat tradisi Syawalan atau Lebaran Ketupat yang dirayakan dengan menyajikan hidangan khas bernama Ketupat Jembut. Keunikan nama dan bentuknya inilah yang membuat ketupat ini selalu dinanti dan diperebutkan saat Syawalan.

Asal Usul dan Makna Nama Ketupat Jembut

Istilah "jembut" mungkin terdengar unik, bahkan sedikit menggelitik bagi sebagian orang. Namun, penamaan ini sama sekali tidak mengandung konotasi negatif atau vulgar. Nama ini merujuk pada tampilan ketupat yang khas, di mana tauge menyembul keluar dari sela-sela anyaman janur, menyerupai rambut.

Ketupat sendiri merupakan hidangan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan anyaman daun janur (daun kelapa muda). Proses memasaknya pun membutuhkan waktu yang lama hingga beras menjadi padat dan matang sempurna. Yang membedakan Ketupat Jembut dengan ketupat lainnya adalah isiannya. Ketupat Jembut diisi dengan tauge dan sayuran lain seperti kol, serta dibumbui dengan rempah-rempah sehingga rasanya gurih dan nikmat.

Tradisi Syawalan dan Perebutan Ketupat Jembut

Ketupat Jembut hanya disajikan khusus saat Syawalan, yaitu perayaan Lebaran Ketupat yang jatuh pada tanggal 7 Syawal, seminggu setelah Idul Fitri. Ketupat ini biasanya sudah disiapkan sejak bulan Ramadan, namun baru disajikan saat Syawalan. Masyarakat Semarang percaya bahwa Syawalan berfungsi untuk melanjutkan kemeriahan Lebaran, terutama bagi anak-anak yang tetap semangat untuk beribadah di masjid meski bulan Ramadan telah usai.

Salah satu tradisi menarik dalam perayaan Syawalan dengan Ketupat Jembut adalah perebutan ketupat. Setelah didoakan di mushola atau masjid, ketupat-ketupat ini akan dibagikan kepada warga, terutama anak-anak. Namun, cara pembagiannya tidak biasa, melainkan dengan cara diperebutkan. Tradisi ini dipercaya sebagai bentuk pelestarian budaya dari nenek moyang.

Ciri Khas dan Variasi Ketupat Jembut

Ketupat Jembut memiliki ciri khas yang membedakannya dari ketupat biasa. Selain isian tauge yang menjadi ciri utamanya, ketupat ini juga seringkali ditambahkan sayuran lain seperti kol dan bahkan sambal. Bumbu yang digunakan pun beragam, sehingga menghasilkan rasa yang gurih dan lezat tanpa perlu lauk tambahan.

Seiring berjalannya waktu, kreasi Ketupat Jembut pun semakin beragam. Ada yang menambahkan daging cincang atau udang sebagai isian, sehingga menambah cita rasa dan nilai gizi ketupat ini.

Sejarah dan Makna Simbolik Ketupat Jembut

Menurut catatan sejarah, tradisi Ketupat Jembut di Semarang sudah ada sejak tahun 1951, pasca Perang Dunia II. Saat itu, masyarakat mengalami kesulitan bahan pangan. Warga kemudian berinisiatif membuat ketupat dengan isian sayuran sebagai hidangan yang bergizi dan terjangkau.

Ketupat Jembut bukan hanya sekadar hidangan lezat, tetapi juga memiliki makna simbolik yang mendalam. Bentuknya yang unik melambangkan keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia. Isiannya yang berupa sayuran melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Tradisi perebutannya melambangkan semangat kebersamaan dan gotong royong masyarakat Semarang.

Ketupat Jembut adalah warisan budaya yang patut dilestarikan. Keunikan rasa dan tradisinya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Semarang. Jadi, jika Anda berkesempatan mengunjungi Semarang saat Syawalan, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi dan menyaksikan langsung tradisi Ketupat Jembut yang meriah ini.