Myanmar Hadapi Krisis Kemanusiaan Pasca Gempa: WHO Ungkap 12 Prioritas Mendesak

Myanmar Bergulat dengan Dampak Gempa Bumi: Kebutuhan Mendesak dan Upaya Bantuan

Myanmar masih berjuang untuk pulih dari gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang negara itu pada Jumat, 28 Maret 2025. Dampak gempa tersebut telah memicu krisis kemanusiaan, dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi 12 kebutuhan kritis yang mendesak untuk segera dipenuhi.

Daftar Kebutuhan Mendesak Pasca Gempa Myanmar

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, menekankan pentingnya mengatasi kebutuhan mendesak berikut:

  • Manajemen penanganan korban massal: Koordinasi yang efektif sangat penting untuk memberikan perawatan tepat waktu kepada sejumlah besar orang yang terluka.
  • Perawatan trauma dan pembedahan: Layanan bedah khusus dan perawatan trauma sangat dibutuhkan untuk mengatasi luka fisik yang diderita oleh para korban.
  • Peralatan transfusi darah: Pasokan darah yang memadai sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan mendukung prosedur medis.
  • Kantong jenazah: Dengan banyaknya korban jiwa, kantong jenazah diperlukan untuk pengelolaan jenazah dengan bermartabat.
  • Peralatan anestesi: Anestesi yang memadai sangat penting untuk melakukan operasi dan prosedur medis dengan aman dan efektif.
  • Obat-obatan esensial: Akses ke obat-obatan penting sangat penting untuk mengobati penyakit umum dan mengelola kondisi kronis.
  • Tenda: Tempat tinggal sementara, seperti tenda, sangat dibutuhkan untuk menampung orang-orang yang kehilangan tempat tinggal akibat gempa.
  • Alat pelindung diri (APD): Pekerja bantuan dan petugas kesehatan memerlukan APD untuk melindungi diri mereka sendiri saat memberikan bantuan dan perawatan.
  • Analisis kerusakan fasilitas kesehatan: Menilai kerusakan pada fasilitas kesehatan sangat penting untuk memulihkan layanan kesehatan dan memastikan akses ke perawatan medis.
  • Akses ke air bersih dan sanitasi: Memastikan akses ke air bersih dan sanitasi sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit dan menjaga kesehatan masyarakat.
  • Surveilans dan pencegahan penyakit menular: Memantau dan mencegah penyebaran penyakit menular sangat penting dalam kondisi padat dan tidak saniter.
  • Dukungan mental dan psikososial: Memberikan dukungan mental dan psikososial sangat penting untuk mengatasi dampak psikologis dari gempa bumi dan membantu individu mengatasi trauma.

Respons dan Bantuan Internasional

WHO telah secara aktif menanggapi krisis tersebut, memobilisasi $5 juta untuk mendukung upaya bantuan. Namun, perkiraan menunjukkan bahwa $8 juta diperlukan selama 30 hari ke depan untuk memenuhi kebutuhan mendesak masyarakat yang terkena dampak.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, menyatakan bahwa Indonesia mengirimkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ke Myanmar, termasuk makanan siap saji, perlengkapan medis, perlengkapan kebersihan, obat-obatan, selimut, tempat tidur lipat, kasur lipat, tenda pengungsi, toilet portabel, dan peralatan dapur umum. Bantuan tersebut dikirimkan melalui tiga tahap menggunakan dua pesawat. Selain itu, pemerintah Indonesia mengirimkan 157 personel gabungan untuk membantu upaya penanganan korban gempa. Bantuan tersebut didasarkan pada hasil rapat bersama Kementerian Luar Negeri negara-negara ASEAN.

Sugiono juga melaporkan bahwa hingga saat ini, belum ada laporan mengenai warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban gempa. Pemerintah terus memantau situasi dan berharap semua WNI di Myanmar dalam kondisi aman.

WHO terus memantau situasi dan secara teratur menerbitkan laporan situasi untuk memberikan informasi terbaru tentang perkembangan krisis dan upaya bantuan yang sedang berlangsung. Publikasi laporan situasi secara teratur memastikan bahwa para pemangku kepentingan tetap mendapat informasi tentang situasi yang berkembang dan dapat mengoordinasikan upaya bantuan secara efektif.