Ancaman Tarif Trump Bayangi Harga iPhone: Analis Prediksi Kenaikan Hingga 43 Persen

iPhone di Ambang Kenaikan Harga Drastis Akibat Kebijakan Tarif Baru

Kebijakan tarif impor yang kembali diterapkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap produk-produk dari berbagai negara, termasuk China, memicu kekhawatiran mendalam di kalangan konsumen, khususnya para penggemar produk Apple. Analis pasar memperkirakan dampak signifikan pada harga iPhone, dengan potensi kenaikan mencapai 43 persen jika Apple memutuskan untuk sepenuhnya melimpahkan beban tarif tersebut kepada pembeli. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang strategi Apple dalam menghadapi tantangan baru di pasar global.

Dampak Tarif Terhadap Harga iPhone

Mayoritas produksi iPhone saat ini masih berpusat di China, yang menghadapi tarif impor yang signifikan, mencapai 54 persen. Situasi ini memaksa Apple untuk mengambil keputusan krusial: menyerap biaya tambahan yang timbul akibat tarif atau menaikkan harga jual produknya. Dampak awal dari ketidakpastian ini telah terasa di pasar saham, dengan saham Apple mengalami penurunan hingga 9,3 persen pada Kamis, 3 April 2025, menandai penurunan terburuk sejak Maret 2020. Ini mengindikasikan kekhawatiran investor terhadap potensi penurunan penjualan akibat kenaikan harga.

Apple, sebagai salah satu produsen smartphone terkemuka, menjual lebih dari 220 juta unit iPhone setiap tahunnya, dengan pasar utama meliputi Amerika Serikat, China, dan Eropa. Kenaikan harga yang signifikan dapat mengancam daya saing iPhone di pasar-pasar utama ini.

Berikut adalah gambaran potensi kenaikan harga beberapa model iPhone:

  • iPhone 16 (model termurah): Dari $799 (sekitar Rp12,8 juta) menjadi $1.142 (sekitar Rp18,3 juta), jika kenaikan 43 persen terjadi.
  • iPhone 16 Pro Max (varian tertinggi): Dari $1.599 (sekitar Rp25,6 juta) menjadi hampir $2.300 (sekitar Rp36,9 juta).
  • iPhone 16e: Dari $599 (sekitar Rp9,6 juta) menjadi $856 (sekitar Rp13,7 juta).

Analisis Mendalam dan Strategi Apple

Barton Crockett, analis dari Rosenblatt Securities, menekankan bahwa Apple perlu menaikkan harga iPhone sebesar 43 persen untuk mengkompensasi biaya tambahan akibat tarif. Ia juga menyoroti bahwa situasi ini bertentangan dengan ekspektasi sebelumnya, di mana Apple diharapkan dapat menghindari dampak tarif.

Namun, analis CFRA Research, Angelo Zino, memperkirakan bahwa Apple hanya akan membebankan sebagian kecil dari tarif (sekitar 5 hingga 10 persen) kepada konsumen. Zino juga memprediksi bahwa Apple akan menunda kenaikan harga hingga peluncuran iPhone 17 pada musim gugur mendatang.

Apple sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait isu ini. Selama ini, banyak konsumen membeli iPhone melalui skema cicilan dengan operator seluler. Namun, di sisi lain, permintaan iPhone menunjukkan tanda-tanda penurunan. Fitur terbaru Apple Intelligence, meskipun menawarkan berbagai kemudahan, dinilai belum cukup menarik minat konsumen untuk beralih ke model baru.

Alternatif Produksi dan Dampak Persaingan

Upaya Apple untuk memindahkan sebagian produksi ke negara-negara seperti Vietnam dan India belum sepenuhnya menyelesaikan masalah tarif. Vietnam dikenakan tarif sebesar 46 persen, sementara India 26 persen. Neil Shah, salah satu pendiri Counterpoint Research, memperkirakan bahwa Apple setidaknya harus menaikkan harga rata-rata sebesar 30 persen untuk menutupi beban tarif baru.

Kenaikan harga ini berpotensi melemahkan permintaan iPhone dan memberikan keuntungan kompetitif bagi produsen lain, seperti Samsung Electronics dari Korea Selatan, yang menghadapi tarif yang lebih rendah dibandingkan China. Crockett dari Rosenblatt memperkirakan bahwa kebijakan tarif Trump dapat merugikan Apple hingga $40 miliar (sekitar Rp642 triliun).

Ia juga menambahkan bahwa negosiasi antara Apple, pemerintah China, dan Gedung Putih kemungkinan akan terjadi. Meskipun sulit membayangkan Trump "menghancurkan" ikon Amerika seperti Apple, situasinya terlihat cukup menantang.

Kondisi ini menempatkan Apple pada posisi yang sulit. Perusahaan harus menyeimbangkan antara mempertahankan pangsa pasar, menjaga profitabilitas, dan beradaptasi dengan perubahan kebijakan perdagangan global yang dinamis. Keputusan yang diambil Apple dalam beberapa bulan mendatang akan sangat menentukan posisinya di pasar smartphone global.