JPMorgan Mengkhawatirkan Kebijakan Tarif Trump: Risiko Resesi Global Meningkat Tajam
JPMorgan: Kebijakan Tarif Trump Tingkatkan Risiko Resesi Global
Lembaga keuangan global JPMorgan Chase & Co. mengungkapkan kekhawatiran mendalam terhadap kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump. Para ekonom JPMorgan memperingatkan bahwa kebijakan ini secara signifikan meningkatkan risiko resesi global. Dalam sebuah catatan riset yang ditujukan kepada klien, Bruce Kasman, Kepala Ekonom Global JPMorgan, dan timnya menyampaikan bahwa probabilitas ekonomi global terjerumus ke dalam resesi telah melonjak dari 40 persen menjadi 60 persen.
Kenaikan tajam ini merupakan respons langsung terhadap pengumuman tarif oleh Trump. Kebijakan ini memberlakukan tarif 10 persen secara umum untuk semua barang impor yang masuk ke Amerika Serikat dari negara manapun. Selain itu, tarif yang lebih tinggi akan dikenakan pada 60 negara mitra dagang yang mengalami defisit neraca perdagangan dengan AS. Negara-negara yang terdampak oleh kebijakan ini mencakup kekuatan ekonomi besar seperti China, Jepang, dan negara-negara anggota Uni Eropa. Kebijakan ini juga melengkapi tarif yang sudah ada terhadap mitra dagang utama AS lainnya, yaitu Kanada dan Meksiko.
"Kebijakan AS yang bersifat disruptif telah diidentifikasi sebagai risiko terbesar terhadap prospek global sepanjang tahun ini," tulis tim peneliti JPMorgan dalam catatannya. Mereka menambahkan bahwa perkembangan terbaru semakin memperkuat kekhawatiran mereka, karena kebijakan perdagangan AS telah berubah secara signifikan menjadi kurang ramah terhadap dunia usaha dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya.
Dampak Tarif: Kenaikan Pajak Tersembunyi dan Potensi Resesi
Kasman menjelaskan bahwa tarif, pada dasarnya, merupakan peningkatan pajak fungsional atas pembelian barang impor oleh konsumen dan bisnis di Amerika Serikat. Para ekonom dan pakar rantai pasokan sebelumnya telah memperingatkan bahwa peningkatan biaya impor yang disebabkan oleh rencana tarif Trump berpotensi menyebabkan kenaikan harga berbagai barang dan jasa, mulai dari kebutuhan pokok seperti kopi dan gula hingga barang-barang konsumsi yang lebih besar seperti mobil dan peralatan rumah tangga.
Analisis JPMorgan menunjukkan bahwa pengumuman tarif terbaru, yang mengikuti kenaikan tarif sebelumnya, telah menaikkan tarif pajak rata-rata AS sekitar 22 poin persentase, menjadi sekitar 24 persen. Angka ini setara dengan sekitar 2,4 persen dari total nilai semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri, atau Produk Domestik Bruto (PDB). "Kenaikan sebesar ini setara dengan kenaikan pajak terbesar sejak Perang Dunia II," ungkap JPMorgan dalam risetnya.
Dampak dari kebijakan tarif ini dapat diperparah oleh potensi tindakan balasan dari negara-negara lain, penurunan sentimen bisnis di AS, dan gangguan pada rantai pasokan global. JPMorgan menekankan bahwa jika kebijakan ini dipertahankan, kemungkinan besar akan mendorong ekonomi AS, dan bahkan mungkin ekonomi global, ke dalam resesi pada tahun ini. Pembaruan skenario probabilitas yang dilakukan oleh lembaga tersebut mencerminkan kekhawatiran ini, dengan meningkatkan risiko resesi menjadi 60 persen.
Bukan Kepastian, Namun Perlu Kewaspadaan
Meskipun demikian, JPMorgan menekankan bahwa resesi di AS atau resesi global bukanlah sebuah kepastian yang tidak dapat dihindari. Mereka menyatakan bahwa tindakan kebijakan dapat diubah dalam beberapa minggu mendatang, dan ekspansi ekonomi AS dan global saat ini memiliki fondasi yang cukup kuat untuk menahan guncangan ekonomi dengan skala menengah. Namun, untuk saat ini, JPMorgan melihat implementasi penuh dari kebijakan tarif Trump sebagai guncangan ekonomi makro yang substansial dan berpotensi sulit untuk dipulihkan jika kebijakan tersebut terus berlanjut.
Peringatan JPMorgan menjadi sinyal penting bagi para pembuat kebijakan dan pelaku ekonomi global untuk mempertimbangkan implikasi serius dari kebijakan tarif dan mengambil langkah-langkah mitigasi yang diperlukan untuk meminimalkan risiko resesi.
Daftar Dampak Kebijakan Tarif Trump
Berikut adalah daftar dampak yang mungkin terjadi akibat kebijakan tarif Trump:
- Kenaikan harga barang dan jasa.
- Penurunan sentimen bisnis.
- Gangguan rantai pasokan.
- Potensi tindakan balasan dari negara lain.
- Peningkatan risiko resesi global.