Dedi Mulyadi Bantah PHRI: Penurunan Okupansi Hotel Bukan Disebabkan Pembatasan Study Tour
Dedi Mulyadi Menepis Tudingan PHRI Terkait Dampak Pembatasan Study Tour
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, secara tegas membantah pernyataan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat yang menghubungkan kebijakan pembatasan study tour dengan penurunan tingkat hunian hotel. Menurutnya, kedua hal tersebut tidak memiliki korelasi langsung.
"Pembatasan study tour bukan penyebab utama penurunan okupansi hotel. Kebijakan ini diambil untuk meringankan beban finansial orang tua dan memastikan keselamatan siswa," ujar Dedi Mulyadi dalam keterangannya, Jumat (4/4/2025).
Ia menjelaskan bahwa fungsi utama hotel adalah sebagai akomodasi sementara bagi berbagai kalangan dengan kepentingan beragam, seperti perjalanan bisnis, liburan keluarga, atau urusan lainnya yang tidak terkait dengan kegiatan sekolah. Dedi Mulyadi juga menyoroti bahwa mayoritas tamu hotel berasal dari kalangan menengah ke atas, yang memiliki kemampuan finansial lebih untuk menikmati fasilitas tersebut.
"Orang yang menginap di hotel biasanya memiliki kelebihan dana untuk rekreasi dan relaksasi. Mereka tidak lagi terbebani masalah pemenuhan kebutuhan dasar. Kondisi ini memicu perputaran ekonomi di sektor pariwisata dan perhotelan," tambahnya.
Kritikan Terhadap Tujuan Sebenarnya Study Tour
Lebih lanjut, Dedi Mulyadi mengkritisi anggapan bahwa study tour memiliki dampak signifikan terhadap tingkat okupansi hotel. Ia mempertanyakan esensi dari kegiatan study tour itu sendiri jika hanya berorientasi pada menginap di hotel.
"Jika study tour hanya dimaknai sebagai menginap di hotel, maka itu lebih tepat disebut sebagai pariwisata atau piknik. Pertanyaannya, siswa yang diinapkan di hotel itu berasal dari kalangan yang bagaimana?" tanyanya.
Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap banyaknya orang tua yang terpaksa berutang atau menjual aset untuk membiayai study tour anak-anak mereka. Hal ini menunjukkan bahwa study tour seringkali menjadi beban finansial yang memberatkan.
"Banyak orang tua yang terpaksa meminjam uang dari rentenir atau menjual aset hanya untuk membiayai study tour. Ini jelas memberatkan ekonomi keluarga mereka," tegas Dedi.
Prioritas Kesejahteraan Masyarakat
Dedi Mulyadi menekankan bahwa meskipun sektor pariwisata dan perhotelan penting, kesejahteraan masyarakat harus menjadi prioritas utama. Ia tidak melarang orang tua yang mampu untuk mengajak anak-anak mereka berlibur, namun ia ingin memastikan bahwa kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi terlebih dahulu.
"Sebagai gubernur, saya harus mengutamakan kesejahteraan rakyat. Saya ingin mengurangi beban ekonomi mereka agar mereka tidak terjerat hutang dan dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti konsumsi dan pendidikan," pungkasnya.
Kesimpulan
Dengan demikian, Dedi Mulyadi menegaskan bahwa pembatasan study tour merupakan langkah yang tepat untuk melindungi masyarakat dari beban finansial yang tidak perlu. Ia berharap kebijakan ini dapat membantu meringankan beban ekonomi keluarga dan memastikan bahwa pendidikan tetap menjadi prioritas utama.
Poin Penting:
- Pembatasan study tour bertujuan meringankan beban finansial orang tua dan memastikan keselamatan siswa.
- Hotel berfungsi sebagai akomodasi bagi berbagai kalangan, bukan hanya peserta study tour.
- Study tour seharusnya tidak hanya berorientasi pada menginap di hotel.
- Kesejahteraan masyarakat harus menjadi prioritas utama.
Rekomendasi:
- Pemerintah perlu mengkaji ulang kurikulum study tour agar lebih relevan dengan tujuan pendidikan.
- Sekolah perlu mempertimbangkan kemampuan finansial orang tua sebelum mengadakan study tour.
- Orang tua perlu lebih bijak dalam mengelola keuangan keluarga.