Nestapa Dua Balita di Manggarai Timur: Ayah Alami Gangguan Jiwa, Ibu Berjuang di Tanah Borneo
Derita Kakak Beradik di Ujung Timur Flores: Antara Pasungan Ayah dan Perantauan Ibu
Kisah pilu datang dari pelosok Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), menimpa dua balita kakak beradik, Grensia Anjara Ewong (4) dan Maria Alifa Landang (2,5). Mereka terpaksa menjalani hari-hari di bawah asuhan kakek dan nenek mereka, Petrus Pongi (72) dan Bibiana Landang (50), karena kondisi yang serba sulit.
Nasib malang menimpa ayah mereka yang harus dipasung akibat masalah kesehatan mental yang dideritanya. Sementara itu, sang ibu, Maria Elmentina Ria, terpaksa merantau jauh ke Kalimantan untuk mencari nafkah demi menghidupi keluarga.
Perjalanan Menuju Kampung Ngembu: Menyaksikan Langsung Kehidupan Dua Balita
Tim dari KOMPAS.com, didampingi oleh Pemerintah Desa setempat dan relawan komunitas solidaritas kemanusiaan Manggarai Timur, melakukan perjalanan menuju Kampung Ngembu, tempat kedua balita itu tinggal. Perjalanan dimulai dari Kota Waelengga, Ibukota Kecamatan Kota Komba, setelah berkoordinasi dengan Sekretaris Desa Oby Nija.
Setibanya di kediaman kakek nenek Grensia dan Maria, rombongan disambut dengan senyum getir. Kakek Petrus dan Nenek Bibiana, meski diliputi kesedihan, menyambut kedatangan tim dengan ramah. Bantuan berupa bahan makanan pokok dan perlengkapan sehari-hari seperti telur, minyak goreng, sabun mandi, susu instan, gula pasir, dan beras diserahkan sebagai bentuk kepedulian.
Kisah Pilu yang Memilukan Hati
Di tengah kesederhanaan rumah mereka, Petrus Pongi dengan suara bergetar menceritakan pahitnya kehidupan yang harus dijalani kedua cucunya. “Kami merawat, menjaga, dan menyuapi mereka, menggantikan peran orang tua mereka. Ayah mereka terpasung karena sakit, dan ibu mereka mencari rezeki di Kalimantan,” ungkapnya.
Menurut penuturan Nenek Bibiana, kedua cucunya telah ditinggalkan orang tua mereka sejak tahun 2023. Sang ayah sempat bekerja di Kalimantan selama tiga bulan, namun penyakitnya kambuh dan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit jiwa.
Harapan di Tengah Kesulitan
Maria Elmentina Ria, ibu dari kedua balita tersebut, merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Ia masih berjuang di Kalimantan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Kakek dan nenek pun merasa terbebani karena selain harus merawat kedua cucunya, mereka juga memiliki tanggungan untuk membiayai anak mereka yang masih bersekolah.
“Kami hidup dalam kesulitan dan sangat berharap ada pihak yang bersedia membantu kedua cucu kami,” ujar Bibiana dengan penuh harap. Meski demikian, ia menegaskan bahwa mereka tetap merawat Grensia dan Maria dengan penuh kasih sayang.
“Kami sangat bersyukur atas kunjungan dan kepedulian dari komunitas ini. Kami hanya bisa berdoa untuk membalas kebaikan mereka,” pungkasnya.
Kisah Grensia dan Maria adalah cerminan dari realitas yang masih terjadi di pelosok negeri. Dibutuhkan uluran tangan dan kepedulian dari berbagai pihak untuk membantu mereka mendapatkan kehidupan yang lebih baik.