Masjid Shiratal Mustaqiem Samarinda: Simbol Keberadaan Islam dan Kearifan Lokal di Kalimantan Timur

Masjid Shiratal Mustaqiem Samarinda: Simbol Keberadaan Islam dan Kearifan Lokal di Kalimantan Timur

Berdiri megah di Samarinda Seberang, Masjid Shiratal Mustaqiem bukanlah sekadar tempat ibadah, melainkan saksi bisu perjalanan dakwah dan perkembangan Islam di Kalimantan Timur. Dibangun pada tahun 1881, masjid tertua di Samarinda ini menyimpan sejarah panjang yang kaya akan nilai religius dan kearifan lokal. Awalnya bernama Masjid Jami, bangunan bersejarah ini berganti nama menjadi Shiratal Mustaqiem pada tahun 1960 atas kesepakatan masyarakat dan tokoh agama setempat setelah kunjungan ulama Kalimantan Selatan, Samsuri Alshad. Nama baru ini, yang berarti “jalan yang lurus”, merefleksikan cita-cita luhur masyarakat untuk senantiasa berada dalam kebaikan dan ketaqwaan.

Keunikan arsitektur Masjid Shiratal Mustaqiem terletak pada penggunaan kayu ulin, material khas Kalimantan yang dikenal akan kekuatan dan daya tahannya. Seluruh bagian masjid, mulai dari lantai, tiang utama hingga atap sirap, masih asli sejak pembangunannya. Kayu ulin tersebut didatangkan dari berbagai kampung di sekitar Samarinda, antara lain Karang Mumus, Dondang, Kutai Lama, dan Loa Haur, mencerminkan kolaborasi dan partisipasi masyarakat dalam pembangunannya. Lebih dari sekedar konstruksi, struktur atap masjid yang terdiri dari empat tingkat menyimpan filosofi mendalam dalam ajaran Islam. Sopian, Takmir Masjid Shiratal Mustaqiem, menjelaskan bahwa empat tingkat atap tersebut melambangkan syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat, empat tahapan perjalanan spiritual dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dibangun oleh Said Abdurachman bin Assegaf, seorang saudagar Muslim asal Pontianak yang dikenal sebagai Pangeran Bendahara, Masjid Shiratal Mustaqiem didirikan di kawasan yang sebelumnya dikenal sebagai pusat perjudian dan aktivitas maksiat. Keberadaan masjid ini kemudian mengubah kawasan tersebut menjadi lingkungan yang religius, yang kini dikenal sebagai Kampung Masjid. Kisah unik juga menyertai pembangunan empat soko guru atau tiang utama masjid. Konon, warga mengalami kesulitan mengangkat tiang-tiang besar tersebut hingga akhirnya dibantu oleh seorang nenek misterius. Keempat tiang tersebut pun berdiri tegak, sebuah legenda yang tetap hidup dalam ingatan masyarakat Samarinda hingga kini.

Menara masjid yang menjulang setinggi 21 meter, dibangun pada tahun 1901 atas donasi seorang saudagar Belanda bernama Henry Dasen, menambah kekhasan arsitektur masjid ini. Menara segi delapan ini berdiri kokoh sebagai bagian integral dari keunikan masjid. Selama bulan Ramadhan, Masjid Shiratal Mustaqiem menjadi pusat aktivitas keagamaan. Berbagai kegiatan, mulai dari shalat Tarawih berjamaah, tadarus Al-Quran, hingga buka puasa bersama, melibatkan masyarakat sekitar. Tradisi buka puasa bersama telah menjadi kebiasaan turun-temurun, dengan warga sekitar dan donatur berkontribusi menyediakan makanan untuk jemaah. Kajian agama setelah shalat Subuh dan menjelang berbuka juga rutin diselenggarakan untuk memperdalam pemahaman dan ketakwaan umat.

Salah satu tradisi unik yang masih lestari adalah malam likuran, yang digelar pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Jemaah berkumpul untuk menghidupkan masjid dengan ibadah qiyamul lail, mengenang perjuangan para pendiri masjid dalam menyebarkan Islam. Sebagai cagar budaya yang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, upaya pelestarian Masjid Shiratal Mustaqiem terus dilakukan. Pemerintah Kota Samarinda berencana membangun dermaga untuk memudahkan akses, sementara Polresta Samarinda turut berkontribusi dalam program revitalisasi, termasuk perbaikan tempat penyimpanan mushaf Al-Quran kuno yang berusia lebih dari 350 tahun, dengan melibatkan ahli sejarah dari Universitas Mulawarman. Masjid Shiratal Mustaqiem bukan hanya bangunan bersejarah, melainkan simbol perjuangan dan kebersamaan umat Islam di Samarinda, sebuah bukti nyata tegaknya nilai-nilai keislaman di tengah arus modernisasi.