Fenomena 'Wisata Jokowi': Daya Tarik Mantan Presiden Sebagai Simbol Politik dan Budaya Pasca Jabatan
Fenomena 'Wisata Jokowi': Daya Tarik Mantan Presiden Sebagai Simbol Politik dan Budaya Pasca Jabatan
Fenomena "Wisata Jokowi" telah mencuri perhatian publik, memunculkan diskusi menarik tentang bagaimana seorang mantan presiden tetap relevan dan berpengaruh di tengah masyarakat. Menurut Verdy Firmantoro, seorang pakar komunikasi politik dari Universitas Brawijaya, fenomena ini lebih dari sekadar kunjungan wisata biasa; ini adalah manifestasi dari soft power dan simbolisme politik yang kuat.
Politik dalam Balutan Budaya Populer
Verdy Firmantoro menjelaskan bahwa politik tidak selalu harus serius dan formal. Kehadiran Jokowi pasca-presidensi, dengan kunjungan dan interaksi dengan masyarakat, menunjukkan bahwa politik dapat berwujud dalam budaya populer. Jokowi, meskipun tidak lagi memegang jabatan formal, terus mempertahankan citra politiknya sebagai bentuk soft power yang menarik perhatian publik.
"Ini bukan wisata dalam arti literal, tapi wisata simbolik. Warga yang berkunjung merasa 'terhubung' secara emosional dengan figur Jokowi," ujar Verdy.
Konstruksi Pemerintah dan City Branding Solo
Menariknya, Verdy menyoroti bahwa diksi "Wisata Jokowi" justru dikonstruksi oleh pemerintah. Hal ini menunjukkan upaya untuk mempertahankan hubungan positif antara warga dan Jokowi di tengah dinamika politik yang ada. Solo, sebagai kota asal Jokowi, juga mencoba mengkapitalisasi popularitas Jokowi sebagai city branding. Fenomena "Wisata Jokowi" menjadi identitas kota yang menarik kunjungan dan mendatangkan keuntungan.
Bukan Hal Baru, Tapi Tetap Unik
Verdy mengakui bahwa fenomena mantan pemimpin yang masih memiliki daya tarik publik bukanlah hal baru. Namun, konsep 'wisata' yang secara eksplisit merujuk pada kunjungan ke kediaman pribadi mungkin memiliki kekhasan tersendiri di Indonesia.
Lebih dari Sekadar Hiburan
Verdy menekankan pentingnya agar "Wisata Jokowi" tidak hanya menjadi sarana hiburan semata, seperti berfoto selfie dengan mantan presiden. Ia mendorong pemerintah untuk mengembangkan konsep ini menjadi lebih edukatif dan informatif.
Pusat Pengetahuan Kepresidenan: Warisan untuk Generasi Mendatang
Verdy mengusulkan pembangunan pusat pengetahuan kepresidenan sebagai legacy dari seluruh presiden Indonesia. Pusat ini tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga pusat edukasi dan dokumentasi sejarah kepemimpinan nasional. Dengan demikian, generasi mendatang dapat belajar dari perjalanan para pemimpin sebelumnya.
"Ini bukan sekadar tempat wisata, tetapi pusat edukasi dan dokumentasi sejarah kepemimpinan nasional, agar generasi mendatang dapat belajar dari perjalanan para pemimpin sebelumnya. Dengan hal tersebut, presiden tidak hanya jadi objek kunjungan, tetapi juga dapat memproduksi pengetahuan dengan ragam karya dan warisan kebijakan yang pernah dibuat," imbuh Verdy.
Antusiasme Masyarakat dan Membludaknya Pengunjung
Kehadiran Jokowi di rumahnya di Solo telah menarik perhatian wisatawan, terutama selama momen Lebaran. Setiap harinya, ribuan orang datang untuk bersalaman dan berfoto dengan Jokowi. Antrean di depan rumah Jokowi terus mengular, menunjukkan antusiasme masyarakat yang tinggi. Ajudan Jokowi, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah, mencatat bahwa jumlah pengunjung terus meningkat sejak hari kedua Lebaran, dengan mayoritas berasal dari luar Soloraya. Pada hari ketiga Lebaran, jumlah pengunjung semakin membludak.
Kesimpulan
Fenomena "Wisata Jokowi" merupakan fenomena yang kompleks dan menarik. Ini bukan hanya tentang wisata, tetapi juga tentang soft power, simbolisme politik, city branding, dan hubungan emosional antara mantan presiden dan masyarakat. Diharapkan, fenomena ini dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih bermakna, seperti pusat pengetahuan kepresidenan, yang dapat memberikan warisan berharga bagi generasi mendatang.
Daftar Poin Penting:
- Fenomena Wisata Jokowi sebagai bentuk soft power dan simbolisme politik.
- Peran pemerintah dalam mengkonstruksi diksi "Wisata Jokowi".
- Upaya Solo mengkapitalisasi popularitas Jokowi sebagai city branding.
- Pentingnya mengembangkan "Wisata Jokowi" menjadi lebih edukatif.
- Usulan pembangunan pusat pengetahuan kepresidenan sebagai legacy.
- Antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap kehadiran Jokowi di Solo.