Jerome Powell: Tarif Impor Trump Ancam Ledakan Inflasi dan Resesi Global

Jerome Powell: Tarif Impor Trump Ancam Ledakan Inflasi dan Resesi Global

Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, mengeluarkan peringatan keras mengenai dampak kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh pemerintahan Donald Trump. Powell menyatakan bahwa kebijakan ini berpotensi memicu lonjakan inflasi di Amerika Serikat dan meningkatkan risiko resesi global.

Pernyataan Powell ini muncul di tengah kekhawatiran yang meningkat di kalangan ekonom dan analis keuangan tentang dampak negatif dari tarif impor terhadap ekonomi global. Kebijakan tarif impor yang agresif, menurut Powell, dapat mengganggu rantai pasokan, meningkatkan biaya produksi, dan akhirnya mendorong harga konsumen lebih tinggi. Hal ini akan menekan daya beli masyarakat dan berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Dampak Ganda: Inflasi dan Stagflasi

Powell secara khusus menyoroti dua risiko utama yang terkait dengan tarif impor Trump: inflasi dan stagflasi. Inflasi, yang merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara umum, dapat menggerogoti nilai tabungan dan investasi masyarakat. Sementara itu, stagflasi adalah kombinasi dari pertumbuhan ekonomi yang stagnan dan inflasi yang tinggi, sebuah kondisi yang sangat sulit untuk diatasi oleh para pembuat kebijakan.

"Kita menghadapi prospek yang sangat tidak pasti dengan risiko tinggi pengangguran dan inflasi yang lebih tinggi," kata Powell, seraya menambahkan bahwa dampak tarif impor dapat bersifat "sementara" atau "lebih persisten." Pernyataan ini mengindikasikan bahwa The Fed belum memiliki kepastian tentang seberapa besar dampak tarif impor terhadap ekonomi AS.

Lebih Buruk dari Smoot-Hawley?

Komentar Powell muncul setelah pemerintahan Trump mengungkap peningkatan tarif AS yang paling tajam yang pernah ada pada data yang berlaku selama 200 tahun terakhir menurut Fitch Ratings. Penerapan tarif impor Trump ini bahkan lebih curam daripada tarif ekspansif yang diterapkan berdasarkan Undang-Undang Smoot-Hawley tahun 1930, sebuah kebijakan proteksionis yang secara luas dianggap memperburuk Depresi Hebat.

Ekonom di JPMorgan memperkirakan peluang resesi global sebesar 60 persen jika tarif tetap diberlakukan. Proyeksi ini menggarisbawahi betapa seriusnya dampak potensial dari kebijakan tarif impor Trump terhadap ekonomi global.

Dilema The Fed

The Fed menghadapi dilema yang sulit dalam menanggapi kebijakan tarif impor Trump. Di satu sisi, The Fed memiliki mandat untuk menjaga stabilitas harga dan memaksimalkan lapangan kerja. Di sisi lain, The Fed perlu mempertimbangkan dampak dari kebijakan suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi.

Jika The Fed menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi, hal itu dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan risiko resesi. Namun, jika The Fed menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, hal itu dapat memperburuk inflasi.

Kathy Bostjancic, kepala ekonom di Nationwide, menggambarkan situasi ini sebagai "posisi yang sulit" bagi The Fed. "The Fed berada dalam posisi yang sulit dengan inflasi yang akan meningkat dan ekonomi yang akan melambat," katanya.

Trump Menekan The Fed

Di tengah ketidakpastian ini, Trump terus menekan The Fed untuk menurunkan suku bunga. Dalam unggahan di platform media sosialnya, Trump menuduh Powell "bermain politik" dan mendesak The Fed untuk mengambil tindakan yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Namun, Powell menegaskan bahwa The Fed akan tetap independen dan akan membuat keputusan berdasarkan data ekonomi. Powell mengatakan bahwa The Fed akan "menunggu dan melihat bagaimana ini akan terjadi" sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.

Respon China

China telah membalas tarif Trump dengan penerapan tarif 34 persen untuk semua produk AS. Powell mengatakan langkah terbaik Fed di tengah ketidakpastian akibat tarif impor Trump adalah mempertahankan suku bunga lebih lama. Pejabat The Fed akan kembali melakukan pertemuan untuk menetapkan kebijakan suku bunga pada 6 dan 7 Mei 2025.

Kesimpulan

Kebijakan tarif impor Trump telah menciptakan ketidakpastian yang signifikan bagi ekonomi global. The Fed menghadapi dilema yang sulit dalam menanggapi kebijakan ini, dan prospek ekonomi AS dan global tetap tidak pasti. Para pelaku pasar dan konsumen perlu bersiap menghadapi kemungkinan inflasi yang lebih tinggi, pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, dan bahkan resesi global.