Eskalasi Perang Dagang: Respon Tiongkok terhadap Tarif AS Mengguncang Wall Street

Eskalasi Perang Dagang: Respon Tiongkok terhadap Tarif AS Mengguncang Wall Street

New York, Amerika Serikat - Pasar saham Amerika Serikat, Wall Street, mengalami gejolak hebat pada perdagangan Jumat (4 April 2025) akibat pembalasan Tiongkok terhadap kebijakan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat. Aksi jual masif melanda berbagai sektor, memicu kekhawatiran mendalam tentang potensi perang dagang global dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kejatuhan Indeks Utama

  • Dow Jones Industrial Average (DJIA) mencatat penurunan dramatis sebesar 2.231,07 poin atau 5,5 persen, berakhir pada level 38.314,86. Ini merupakan penurunan harian terbesar sejak pandemi Covid-19 melanda pada Juni 2020. Sebelumnya, pada hari Kamis, indeks ini juga telah merosot tajam sebesar 1.679 poin, menandai rekor penurunan lebih dari 1.500 poin selama dua hari berturut-turut.
  • S&P 500 juga mengalami penurunan signifikan sebesar 5,97 persen, mencapai level 5.074,08. Ini adalah penurunan terburuk sejak Maret 2020. Secara kumulatif, S&P 500 telah kehilangan 9 persen nilainya selama seminggu terakhir, menjadikannya kinerja mingguan terburuk sejak awal pandemi.
  • Nasdaq Composite, yang didominasi oleh perusahaan teknologi dengan eksposur signifikan ke pasar Tiongkok, anjlok 5,8 persen ke level 15.587,79. Penurunan ini semakin memperdalam koreksi indeks dari rekor tertinggi Desember 2024 menjadi 22 persen.

Pemicu Gejolak: Tarif Balasan Tiongkok

Kementerian Perdagangan Tiongkok mengumumkan pemberlakuan bea masuk sebesar 34 persen terhadap berbagai produk asal Amerika Serikat. Langkah ini memupuskan harapan investor akan adanya negosiasi damai antara kedua negara sebelum eskalasi lebih lanjut.

Sektor teknologi menjadi korban utama dari perang dagang ini. Saham Apple, produsen iPhone yang sangat bergantung pada pasar Tiongkok, merosot 7 persen, sehingga total penurunan mingguan menjadi 13 persen. Nvidia, perusahaan terkemuka di bidang kecerdasan buatan, juga mengalami penurunan 7 persen, sementara Tesla anjlok 10 persen. Perusahaan-perusahaan ini memiliki eksposur besar terhadap pasar Tiongkok dan menjadi yang paling terdampak oleh tarif balasan dari Beijing.

Selain sektor teknologi, perusahaan-perusahaan eksportir besar seperti Boeing dan Caterpillar, yang memiliki penjualan signifikan ke Tiongkok, juga menyeret Dow Jones ke bawah, masing-masing turun 9 persen dan hampir 6 persen.

Kekhawatiran Akan Resesi Global

Para analis pasar mengungkapkan kekhawatiran mendalam tentang dampak perang dagang global terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Eskalasi konflik perdagangan ini dikhawatirkan akan memicu resesi global.

Emily Bowersock Hill, CEO dan pendiri Bowersock Capital Partners, menyatakan bahwa "pasar bullish telah mati, dan penyebabnya adalah ideologi serta luka yang diciptakan sendiri."

Aksi Korporasi dan Reaksi Pasar Lain

Selain perang tarif, Tiongkok juga membuka penyelidikan antimonopoli terhadap DuPont, yang menyebabkan saham perusahaan tersebut anjlok hampir 13 persen.

Investor berbondong-bondong mencari perlindungan dalam obligasi pemerintah AS, mendorong imbal hasil obligasi 10 tahun turun di bawah 4 persen.

Indeks Volatilitas CBOE (VIX), yang dikenal sebagai "pengukur ketakutan" di Wall Street, melonjak di atas level 40, menunjukkan tingkat kecemasan ekstrem yang biasanya terlihat selama penurunan pasar yang tajam.

Sikap Tegas Trump

Presiden Trump tampaknya tidak terpengaruh oleh reaksi negatif pasar terhadap kebijakan tarifnya. Melalui unggahan di Truth Social, ia menegaskan bahwa "kebijakan saya tidak akan pernah berubah."

Jay Woods, kepala strategi global di Freedom Capital Markets, menyimpulkan bahwa "ketakutan saat kita memasuki akhir pekan adalah perang dagang semakin memanas dan AS tidak mundur."