Euforia 'Wisata Jokowi' di Solo: Magnet Figur Mantan Presiden yang Tak Lekang oleh Waktu

Solo, Jawa Tengah, menjadi pusat perhatian pasca-Lebaran 2025 dengan fenomena unik yang disebut 'Wisata Jokowi'. Rumah pribadi mantan Presiden Joko Widodo di Gang Kutai Utara Nomor 1, Kota Solo, dibanjiri pengunjung dari berbagai daerah. Antusiasme masyarakat ini memunculkan pertanyaan: Apa sebenarnya yang mendorong orang-orang untuk berbondong-bondong datang ke 'Wisata Jokowi'?

Alasan di Balik Fenomena 'Wisata Jokowi'

Bagi sebagian besar pengunjung, 'Wisata Jokowi' adalah wujud nyata dari kekaguman dan dukungan terhadap sosok mantan presiden. Roni, seorang warga Madura, rela datang jauh-jauh bersama kedua anaknya karena mengaku sebagai penggemar berat Jokowi sejak lama. Kehadirannya di Solo didorong oleh keinginan untuk bertemu langsung dan menyampaikan rasa terima kasih atas kepemimpinan Jokowi selama dua periode.

Senada dengan Roni, Levika, warga Tangerang yang datang bersama keluarga besarnya, mengungkapkan bahwa kunjungan mereka adalah hadiah untuk ibu dan neneknya yang merupakan penggemar berat Jokowi. Levika yang sedang hamil bahkan mengaku ingin dipeluk oleh mantan presiden tersebut sebagai bagian dari ngidamnya.

Kisah lain datang dari Neni, seorang warga Jakarta yang membawa anaknya berkebutuhan khusus. Neni berharap dapat menyampaikan aspirasinya kepada Jokowi terkait perhatian lebih terhadap pendidikan anak disabilitas. Ia menyoroti keterbatasan sekolah negeri untuk anak berkebutuhan khusus dan mahalnya biaya sekolah swasta.

Bahkan Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto, turut serta membuktikan fenomena 'Wisata Jokowi' saat berkunjung ke rumah pribadi Jokowi. Bima Arya Sugiarto menyampaikan bahwa Wali Kota Solo mengatakan adanya destinasi wisata favorit baru bernama 'Wisata Jokowi'.

'Wisata Jokowi': Lebih dari Sekadar Liburan

Pakar komunikasi politik dari Universitas Brawijaya, Verdy Firmantoro, menjelaskan bahwa 'Wisata Jokowi' adalah manifestasi soft power yang dimiliki Jokowi meskipun tidak lagi menjabat sebagai presiden. Fenomena ini menunjukkan bahwa politik tidak selalu harus kaku dan formal, tetapi juga dapat hadir dalam bentuk budaya populer.

Verdy menambahkan bahwa diksi 'Wisata Jokowi' sengaja dikonstruksi untuk menunjukkan hubungan positif antara masyarakat dan Jokowi di tengah dinamika politik yang ada. Selain itu, Solo sebagai kota asal Jokowi, mencoba memanfaatkan popularitas mantan presiden sebagai city branding untuk menarik kunjungan dan mendulang keuntungan ekonomi.

Verdy menekankan bahwa fenomena mantan pemimpin yang masih memiliki daya tarik publik bukanlah hal baru. Di banyak negara, mantan presiden atau perdana menteri seringkali menjadi tokoh yang dikagumi dan dihormati.

Daya Tarik Figur Jokowi

Fenomena 'Wisata Jokowi' bukan sekadar tren sesaat, tetapi cerminan dari kuatnya legacy dan pengaruh Jokowi di mata masyarakat. Kemampuan Jokowi untuk membangun kedekatan emosional dengan rakyat, gaya kepemimpinan yang merakyat, dan keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur menjadi faktor-faktor yang membuat namanya tetap dikenang dan dikagumi.

'Wisata Jokowi' menjadi bukti bahwa popularitas seorang pemimpin tidak selalu berakhir seiring dengan berakhirnya masa jabatan. Jokowi berhasil menciptakan brand personal yang kuat dan meninggalkan kesan mendalam di hati masyarakat Indonesia. Fenomena ini sekaligus menjadi tantangan bagi pemimpin-pemimpin berikutnya untuk membangun citra yang positif dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa.

Dampak 'Wisata Jokowi' bagi Kota Solo

Selain menjadi ajang silaturahmi dan nostalgia bagi para penggemar Jokowi, 'Wisata Jokowi' juga memberikan dampak positif bagi perekonomian Kota Solo. Arus kunjungan yang meningkat mendorong pertumbuhan sektor pariwisata, perhotelan, kuliner, dan UMKM lokal. Pemerintah Kota Solo dapat memanfaatkan momentum ini untuk mengembangkan potensi wisata lainnya dan menjadikan Solo sebagai destinasi wisata yang lebih menarik dan beragam.

Namun, perlu diingat bahwa 'Wisata Jokowi' tidak boleh hanya dimanfaatkan sebagai ajang komersialisasi. Pemerintah dan masyarakat perlu menjaga nilai-nilai luhur yang terkandung dalam fenomena ini, seperti semangat persatuan, gotong royong, dan kecintaan terhadap tanah air.

Catatan: Jumlah pengunjung mencapai 1.500 orang per hari selama libur Lebaran 2025. Ini menunjukkan antusiasme yang luar biasa dari masyarakat terhadap fenomena 'Wisata Jokowi'.

Berikut adalah beberapa harapan pengunjung yang disampaikan saat 'Wisata Jokowi':

  • Perhatian lebih terhadap pendidikan anak disabilitas
  • Kemudahan akses ke sekolah negeri untuk anak berkebutuhan khusus
  • Bertemu dan berinteraksi langsung dengan Jokowi
  • Mendapatkan foto bersama Jokowi
  • Doa dan dukungan dari Jokowi

'Wisata Jokowi' adalah fenomena unik yang menggabungkan unsur politik, budaya, dan ekonomi. Fenomena ini menjadi bukti bahwa figur Jokowi masih memiliki daya tarik yang kuat di mata masyarakat dan memberikan dampak positif bagi Kota Solo. Pemerintah dan masyarakat perlu memanfaatkan momentum ini secara bijak dan berkelanjutan untuk kemajuan bangsa dan negara.