Operasi Pencarian MH370 Kembali Tertunda Akibat Cuaca Ekstrem di Samudra Hindia

Pencarian MH370 Kembali Terhambat Kondisi Cuaca

Operasi pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 kembali mengalami penundaan. Menteri Transportasi Malaysia, Anthony Loke, mengumumkan penundaan sementara ini disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrem yang tidak memungkinkan di lokasi pencarian di Samudra Hindia.

"Saat ini bukan musim yang tepat untuk melakukan pencarian. Ocean Infinity telah menghentikan operasi untuk sementara waktu dan berencana untuk melanjutkannya pada akhir tahun ini," ujar Loke, seperti dikutip dari Reuters.

Penundaan ini terjadi setelah pengumuman dimulainya kembali pencarian MH370, yang dijadwalkan pada Maret 2025. Pemerintah Malaysia telah mencapai kesepakatan dengan Ocean Infinity, sebuah perusahaan robotika laut swasta, untuk melanjutkan upaya pencarian. Sebelumnya, Ocean Infinity pernah melakukan pencarian pada tahun 2018, namun tidak berhasil menemukan puing-puing pesawat.

Pencarian terbaru ini akan difokuskan pada area seluas 15.000 kilometer persegi di Samudra Hindia yang belum dieksplorasi sebelumnya. Kesepakatan dengan Ocean Infinity menyatakan bahwa perusahaan tersebut hanya akan menerima pembayaran jika MH370 ditemukan.

Menurut Asosiasi Keluarga Penumpang dan Awak MH370, Ocean Infinity telah tiba di zona pencarian yang diusulkan lebih awal dari jadwal. Pencarian secara resmi dimulai pada 25 Maret setelah penandatanganan kontrak. Namun, operasi pencarian ditangguhkan pada 28 Maret dan akan dilanjutkan pada musim panas mendatang di Belahan Bumi Selatan.

Tantangan Medan Pencarian di Samudra Hindia

Samudra Hindia dikenal sebagai medan yang sangat menantang untuk pencarian bawah laut. David Mearns, seorang ahli kelautan dan direktur di Blue Water Recoveries, menjelaskan bahwa ketidakpastian lokasi jatuhnya pesawat menjadi kendala utama. Lokasi yang terpencil, jauh dari daratan, dan cuaca buruk semakin mempersulit upaya pencarian.

"Lokasinya sangat terpencil, jauh dari pantai. Cuacanya buruk. Itu tidak membuatnya mustahil, hanya saja membuatnya sulit dan mahal," ungkap Mearns.

Area seluas 15.000 kilometer persegi yang akan dieksplorasi didasarkan pada data yang dikumpulkan oleh sejumlah peneliti independen selama 10 tahun terakhir. Kapten John M. Cox, mantan pilot dan CEO Safety Operating System, tetap optimis bahwa MH370 pada akhirnya akan ditemukan. Dia menekankan bahwa kedalaman dan topografi dasar laut yang kompleks menjadi tantangan besar dalam pencarian.

Pakar lain juga mengakui bahwa meskipun teknologi canggih telah dikerahkan, pencarian ini tetap menghadapi banyak rintangan, termasuk luasnya area pencarian dan kondisi laut yang berbahaya.

Craig Wallace, seorang pakar dari Deep Sea Vision, menyatakan, "Samudra Hindia tempat mereka bekerja adalah salah satu yang terburuk di dunia. Mereka telah mencatat ketinggian gelombang 20 meter. Ini kondisi ekstrem dan akan ada banyak waktu di mana mereka tidak dapat meluncurkan atau mengambil kendaraan bawah air."

Mantan perwira angkatan laut Australia, Peter Waring, yang terlibat dalam pencarian awal MH370 11 tahun lalu, menambahkan bahwa tidak ada tempat berlindung di dekat lokasi pencarian. Jarak ke pelabuhan terdekat, Perth, membutuhkan waktu enam hingga tujuh hari. Kondisi ini sangat berbahaya dan setiap kesalahan dapat berakibat fatal dengan cepat.

Dengan kondisi cuaca ekstrem dan medan yang menantang, penundaan operasi pencarian MH370 menjadi langkah yang bijaksana untuk memastikan keselamatan tim dan efektivitas upaya pencarian. Diharapkan, dengan kondisi cuaca yang lebih baik di musim panas mendatang, pencarian dapat dilanjutkan dan memberikan titik terang bagi keluarga korban MH370.

Daftar tantangan dalam pencarian MH370:

  • Kondisi cuaca ekstrem di Samudra Hindia
  • Lokasi jatuhnya pesawat yang terpencil dan jauh dari daratan
  • Kedalaman dan topografi dasar laut yang kompleks
  • Luasnya area pencarian yang harus dieksplorasi
  • Keterbatasan tempat berlindung di dekat lokasi pencarian