Jusuf Kalla Redam Kekhawatiran Publik Terkait Tarif Impor AS: Lebih Banyak Unsur Politis
Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, menanggapi penetapan tarif impor oleh Amerika Serikat terhadap barang-barang asal Indonesia. JK, sapaan akrabnya, meminta masyarakat untuk tidak panik berlebihan, menekankan bahwa situasi ini tidak separah yang dibayangkan.
Penjelasan Jusuf Kalla Terkait Tarif Impor AS
Menurut JK, pemberlakuan tarif oleh AS lebih bernuansa politis daripada murni ekonomi. Ia menjelaskan bahwa tarif ini dikenakan pada saat barang memasuki wilayah AS, sehingga memengaruhi harga barang Indonesia di pasar Amerika.
"Jangan terlalu khawatir, seakan-akan mau kiamat dunia ini," ujarnya. "Ini agak lain. Biasanya, tarif impor itu berdasarkan komoditas. Baja berapa tarifnya? 10%. Atau mobil, berapa persen. Ini yang dilakukan negara, jadi ini lebih banyak politisnya sebenarnya. Karena negara yang dikenakan, bukan komoditasnya," ucap JK di kediamannya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (5/4/2025).
Klarifikasi dan Dampak Tarif Impor
JK menyoroti perlunya klarifikasi dari pemerintah Indonesia terkait perlakuan pajak terhadap barang-barang AS yang dijual di Indonesia. Ia mempertanyakan validitas informasi yang menyebutkan bahwa barang Amerika dikenakan pajak hingga 64% di Indonesia.
"Inilah yang perlu pemerintah atau siapapun untuk mengklarifikasi. Kita kena 32%, apa benar barang Amerika kita kenakan pajak atau beban 64%? Dari mana itu 64%? Jadi, tugas kita untuk mengklarifikasi itu. Saya kira ini politis, lebih banyak efek pressure-nya," tegasnya.
Ia memberikan contoh konkret mengenai dampak tarif impor 32% terhadap produk sepatu asal Indonesia. Dengan harga impor sepatu sekitar US$15-US$20, tarif 32% hanya menambah sekitar US$6,4. Jika dibandingkan dengan harga jual sepatu di AS yang mencapai US$50-US$70, dampaknya relatif kecil, hanya sekitar 10% dari harga jual. Biaya tambahan ini pun akan ditanggung bersama oleh konsumen dan pengusaha Amerika.
Strategi Adaptasi Pengusaha AS
JK meyakini bahwa pengusaha AS akan mencari cara untuk mengatasi dampak tarif impor ini. Mereka mungkin akan melakukan efisiensi di berbagai bidang, seperti mengurangi biaya iklan atau pegawai, agar tidak kehilangan konsumen.
"Maka mereka (AS) tentu tidak mau dagangannya habis. Pasti mereka akan efisienkan, mungkin mengurangi biaya iklan, atau pegawainya, sehingga mereka bisa hemat 5%. Pasti itu, karena Amerika itu mahal di logistik. Mereka pasti efisienkan itu supaya jangan kehilangan konsumen. Akhirnya efeknya tidak besar untuk Indonesia, karena tidak mungkin Amerika berhenti beli sabun, beli sawit. Beli sepatu, atau beli spare part," katanya.
Implikasi terhadap Ekspor Indonesia
Lebih lanjut, JK mencontohkan komoditas CPO (Crude Palm Oil) yang diekspor Indonesia dengan harga sekitar US$1.000 per ton. Produk turunan CPO seperti sabun dan minyak goreng memiliki harga jual yang jauh lebih tinggi. Dengan demikian, JK berpendapat bahwa AS tidak mungkin menghentikan impor produk-produk tersebut dari Indonesia.
Secara keseluruhan, JK menyarankan agar pemerintah Indonesia mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi dampak tarif impor AS. Namun, ia juga menekankan bahwa masyarakat tidak perlu terlalu khawatir karena dampak riilnya tidak sebesar yang dibayangkan.