Thailand Pertimbangkan Relaksasi Aturan Penjualan Alkohol di Hari Raya Buddha untuk Mendukung Sektor Pariwisata

Thailand Pertimbangkan Relaksasi Aturan Penjualan Alkohol di Hari Raya Buddha untuk Mendukung Sektor Pariwisata

Pemerintah Thailand tengah mempertimbangkan langkah kontroversial untuk merelaksasi aturan penjualan alkohol pada hari libur keagamaan, khususnya Hari Raya Buddha yang jatuh pada tanggal 11 Mei mendatang. Keputusan ini didorong oleh keinginan untuk meningkatkan daya tarik negara tersebut sebagai destinasi wisata dan mengakomodasi kebutuhan wisatawan asing yang mungkin tidak familiar dengan tradisi lokal. Langkah ini diharapkan dapat mendongkrak pendapatan sektor pariwisata yang signifikan bagi perekonomian Thailand.

Wakil Perdana Menteri Prasert Jantararuangtong menyatakan bahwa rencana ini melibatkan izin penjualan minuman beralkohol secara terbatas di zona-zona tertentu yang telah ditentukan secara hukum. Hal ini bertujuan untuk menghindari kebingungan di kalangan wisatawan dan mencegah potensi penurunan kunjungan turis akibat pembatasan penjualan alkohol selama hari raya. Namun, perlu ditegaskan bahwa tidak semua lokasi bisnis akan diperbolehkan menjual alkohol. Pemerintah berencana hanya mengizinkan penjualan di hotel-hotel berbintang, tempat-tempat penyelenggaraan acara berskala besar yang telah terdaftar, dan lokasi-lokasi yang secara resmi dikategorikan sebagai area layanan atau pariwisata. Lokasi-lokasi tersebut akan melalui proses verifikasi dan persetujuan yang ketat untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.

Sebelum kebijakan ini diberlakukan, akan dilakukan masa konsultasi publik selama 15 hari. Tahapan ini bertujuan untuk menampung masukan dari berbagai pihak terkait, termasuk masyarakat, pengusaha, dan asosiasi pariwisata. Setelah masa konsultasi, rencana tersebut akan diajukan kepada Menteri Kesehatan untuk mendapatkan sertifikasi dan selanjutnya kepada Perdana Menteri untuk persetujuan akhir. Proses ini menekankan komitmen pemerintah dalam mempertimbangkan berbagai perspektif sebelum mengambil keputusan yang berdampak luas pada sektor pariwisata dan budaya Thailand.

Thailand, yang telah dikenal sebagai destinasi wisata utama di Asia dengan pesona pantainya yang indah, kehidupan malam yang semarak, dan baru-baru ini melegalkan ganja, sedang berupaya meningkatkan daya tariknya di mata wisatawan internasional. Langkah melegalkan pernikahan sesama jenis juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan citra dan daya tarik Thailand sebagai destinasi wisata yang inklusif dan modern. Dengan menjadi lokasi syuting musim ketiga serial televisi populer The White Lotus, Thailand semakin gencar mempromosikan diri sebagai tujuan wisata kelas atas. Namun, langkah terbaru ini cukup kontroversial mengingat pentingnya hari raya Buddha bagi sebagian besar penduduk Thailand. Pemerintah perlu mempertimbangkan keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan aspek-aspek budaya dan keagamaan yang tak kalah pentingnya.

Kebijakan ini juga diharapkan dapat menarik minat wisatawan kelas atas yang mencari pengalaman liburan yang lebih beragam dan fleksibel. Pemerintah berharap dapat meningkatkan pendapatan negara secara keseluruhan, khususnya dari sektor pariwisata yang sangat terdampak selama pandemi COVID-19. Namun, keberhasilan rencana ini sangat bergantung pada bagaimana pemerintah mampu mengelola implementasinya secara efektif dan memastikan bahwa aspek budaya dan keagamaan tetap dihormati dan dijaga.