Harga Cabai Berangsur Turun Pasca-Lebaran, Pemerintah Optimis dengan Program *Green House*

Pasca perayaan Idul Fitri 1446 Hijriah, Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengumumkan tren penurunan harga cabai di tingkat nasional. Penurunan ini disambut baik setelah sebelumnya harga komoditas pedas ini sempat melonjak akibat berbagai faktor, termasuk cuaca ekstrem dan kendala pasokan dari petani.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyampaikan kabar baik ini pada hari Sabtu (5/4/2025). Menurutnya, penurunan harga tidak hanya terjadi pada cabai rawit merah, tetapi juga pada jenis cabai lainnya. "Memang ada beberapa komoditas pangan, seperti cabai rawit, yang sempat mengalami kenaikan harga. Namun, hari ini kita melihat adanya penurunan seiring dengan momentum pasca-Lebaran," ujarnya.

Data Penurunan Harga Cabai

Berdasarkan data yang dihimpun dari panel harga Bapanas, terjadi penurunan yang cukup signifikan pada harga cabai dalam kurun waktu dua hari:

  • Cabai Rawit Merah: Harga rata-rata nasional di tingkat konsumen pada tanggal 4 April 2025 tercatat sebesar Rp. 86.135 per kilogram. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 7,87% dibandingkan dengan harga rata-rata pada tanggal 2 April 2025, yaitu Rp. 93.492 per kilogram.
  • Cabai Merah Keriting: Penurunan juga terjadi pada komoditas cabai merah keriting. Pada periode yang sama, harganya turun sebesar 8,49%, dari Rp. 67.297 per kilogram pada 2 April 2025 menjadi Rp. 61.583 per kilogram pada 4 April 2025.

Strategi Pemerintah: Mengoptimalkan Green House

Meskipun terjadi penurunan, harga cabai saat ini masih berada di atas Harga Acuan Penjualan (HAP) yang ditetapkan dalam Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 12 Tahun 2024. Untuk mengantisipasi fluktuasi harga di masa mendatang, pemerintah berupaya untuk memperkuat ketahanan produksi cabai. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah dengan menggalakkan teknik pertanaman green house di berbagai daerah.

Arief Prasetyo Adi menjelaskan, teknologi green house dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasi gangguan cuaca yang seringkali menjadi penyebab utama gagal panen cabai. "Saya kira, ke depan, penggunaan teknologi seperti green house sangat relevan untuk kita terapkan. Dengan green house, pertanaman cabai tidak akan terganggu oleh cuaca. Selain itu, perlu diingat bahwa cabai dapat dipanen hingga 20 kali dan tidak memerlukan lahan yang luas untuk berproduksi," jelasnya.

Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas, Andriko Noto Susanto, menambahkan bahwa stabilisasi harga pangan, termasuk cabai, menjadi fokus utama pemerintah. "Sebelumnya, memang sempat terjadi kenaikan harga beberapa bahan pangan, seperti cabai dan bawang merah. Namun, pada H+4 Lebaran, mayoritas harga bahan pangan sudah mulai stabil," pungkasnya.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan, termasuk pemantauan harga secara berkala dan penerapan teknologi pertanian modern, pemerintah berharap dapat menjaga stabilitas harga cabai dan komoditas pangan lainnya, sehingga memberikan kepastian bagi petani dan konsumen.