Singapura Resmikan Bank Otak Pertama di Asia Tenggara: Terobosan Riset Neurodegeneratif dan Harapan Baru bagi Pasien
Singapura Memimpin Riset Otak dengan Bank Otak Pertama di Asia Tenggara
Singapura telah mengukuhkan posisinya sebagai pusat inovasi medis di Asia Tenggara dengan berdirinya Brain Bank Singapore (BBS), sebuah fasilitas penelitian otak mutakhir yang berlokasi di NTU Lee Kong Chian School of Medicine. BBS merupakan bank otak pertama di kawasan ini, didedikasikan untuk mengumpulkan, memproses, dan menyediakan jaringan otak manusia pasca-mortem berkualitas tinggi untuk penelitian ilmiah. Inisiatif ini diharapkan dapat mempercepat pemahaman tentang penyakit neurodegeneratif yang kompleks dan membuka jalan bagi pengembangan terapi yang lebih efektif.
Misi Mulia di Balik Donasi Otak
Tujuan utama BBS adalah untuk menyediakan sumber daya yang sangat dibutuhkan bagi para ilmuwan yang berupaya mengungkap misteri penyakit seperti Alzheimer dan Parkinson. Dengan mempelajari otak yang telah didonasikan, para peneliti dapat memperoleh wawasan mendalam tentang perubahan struktural dan molekuler yang terjadi pada penyakit tersebut. Pengetahuan ini sangat penting untuk mengidentifikasi target terapi baru dan mengembangkan strategi pencegahan yang lebih baik.
Salah satu kisah inspiratif datang dari Lau Kan How, seorang warga Singapura yang didiagnosis dengan penyakit moyamoya, sebuah kondisi langka yang memengaruhi pembuluh darah di otak. Tergerak oleh harapan untuk berkontribusi pada kemajuan medis, Lau mendaftar untuk mendonorkan otaknya ke BBS setelah kematiannya. Keputusan berani ini mencerminkan kesadaran yang tumbuh tentang pentingnya donasi organ dalam memajukan penelitian dan meningkatkan kualitas hidup pasien di masa depan.
"Mempelajari otak saya dapat membantu dokter memahami bagaimana saya dapat terus berfungsi dengan baik, dan berkontribusi dalam memajukan penelitian tentang penyakit moyamoya," kata Lau. "Sehingga mereka yang menderitanya dapat menerima perawatan yang lebih baik, lebih murah, dan lebih efektif."
Perkembangan dan Tantangan Bank Otak Singapura
Sejak diresmikan pada 27 November 2019, BBS telah mencatat kemajuan yang signifikan. Hingga saat ini, sekitar 420 individu telah berjanji untuk menyumbangkan otak mereka setelah meninggal, sebuah bukti dukungan yang kuat dari masyarakat Singapura. BBS juga telah berhasil memperoleh 11 otak dan tujuh sumsum tulang belakang untuk keperluan penelitian, yang telah digunakan dalam berbagai proyek studi.
Namun, BBS juga menghadapi tantangan yang signifikan. Salah satunya adalah kurangnya pemahaman publik tentang donasi otak dan pentingnya hal tersebut untuk penelitian. Beberapa orang mungkin ragu-ragu untuk menyumbangkan otak karena pertimbangan budaya atau agama, seperti keyakinan tentang penguburan atau kremasi tanpa otak.
Berikut adalah beberapa poin penting tentang Brain Bank Singapore:
- Didirikan pada 27 November 2019
- Berlokasi di NTU Lee Kong Chian School of Medicine
- Telah menerima janji donasi dari sekitar 420 orang
- Telah memperoleh 11 otak dan 7 sumsum tulang belakang
Harapan untuk Masa Depan
Dengan populasi Singapura yang menua dengan cepat, insiden penyakit neurodegeneratif diperkirakan akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang. BBS memainkan peran penting dalam mengatasi tantangan ini dengan menyediakan sumber daya yang sangat dibutuhkan untuk penelitian. Dengan lebih banyak sampel otak dan sumsum tulang belakang, para peneliti dapat melakukan studi yang lebih besar dan lebih komprehensif, yang dapat menghasilkan terobosan dalam pemahaman dan pengobatan penyakit ini.
"Pemahaman kita tentang penyakit ini terbatas karena kita tidak dapat mengambil jaringan otak dan mempelajarinya secara sangat rinci pada pasien yang masih hidup," kata Dr. Yeo Tianrong, wakil direktur BBS dan konsultan senior di Departemen Neurologi, National Neuroscience Institute.
Kemajuan teknologi telah memungkinkan para peneliti untuk memeriksa otak secara sangat rinci, mengungkap jalur biologis yang kompleks yang terlibat dalam penyakit neurodegeneratif. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang jalur ini, para peneliti dapat merumuskan terapi yang dapat menghentikan kerusakan lebih lanjut pada sel-sel otak, dan dalam beberapa kasus, memperbaiki komponen seluler yang rusak. BBS menjadi jembatan penghubung antara harapan dan realitas dalam dunia riset neurodegeneratif.
Kedepannya, BBS diharapkan dapat menjadi pusat kolaborasi internasional, menarik para peneliti dari seluruh dunia untuk bekerja sama dalam mengungkap misteri otak. Dengan dukungan yang berkelanjutan dari pemerintah, masyarakat, dan komunitas ilmiah, BBS memiliki potensi untuk mengubah cara kita memahami dan mengobati penyakit neurodegeneratif, memberikan harapan baru bagi jutaan orang di seluruh dunia.