Krisis Penumpang di Tanjung Silopo: Ratusan Calon Penumpang Terlantar Akibat Kapal Overkapasitas

Polewali Mandar, Sulawesi Barat – Ratusan calon penumpang mengalami kekecewaan mendalam setelah gagal berangkat dari Pelabuhan Tanjung Silopo menuju Kotabaru, Kalimantan Selatan, pada Sabtu (5/4/2025). Kapal perintis Sabuk Nusantara 93, yang diharapkan menjadi tumpuan transportasi, ternyata tidak dapat menampung seluruh calon penumpang akibat overcapacity. Insiden ini memicu gelombang protes dan menyoroti buruknya koordinasi antara operator pelayaran dan otoritas pelabuhan.

Kronologi Kejadian

Menurut informasi yang dihimpun, kapal Sabuk Nusantara 93 telah mengangkut sekitar 400 penumpang dari Pelabuhan Passarang, Kabupaten Majene, sebelum dijadwalkan tiba di Tanjung Silopo. Akibatnya, ketika tiba di Tanjung Silopo, kapal sudah penuh sesak dan tidak dapat lagi menerima penumpang tambahan. Keterlambatan informasi mengenai kondisi ini menyebabkan ratusan calon penumpang telah memadati area pelabuhan, hanya untuk mendapati kenyataan pahit bahwa mereka tidak dapat berangkat.

Kondisi Penumpang Terlantar

Kekecewaan dan kemarahan terpancar dari wajah para calon penumpang yang terlantar. Banyak di antara mereka yang datang dari jauh dan telah mengeluarkan biaya transportasi serta akomodasi. Akibatnya, mereka terpaksa bermalam di pelabuhan dengan fasilitas seadanya, seperti aula, ruang penjualan tiket, dan area terminal keberangkatan. Keluarga dengan anak kecil terlihat tidur beralaskan tikar atau kardus, menunggu kepastian jadwal keberangkatan kapal berikutnya.

Firman, salah seorang calon penumpang yang batal berangkat, mengungkapkan kekecewaannya terhadap PT Pelni. Ia menilai manajemen PT Pelni tidak profesional dalam mengelola arus penumpang, dan menyoroti bahwa kejadian serupa pernah terjadi pada musim mudik sebelumnya. "Kami datang dari jauh, ternyata batal berangkat. Mau pulang juga tidak mungkin karena jauh dan butuh biaya yang tidak sedikit," ujarnya dengan nada kesal.

Senada dengan Firman, Awaludin, calon penumpang lainnya, mengaku kecewa karena tidak mendapatkan informasi sebelumnya mengenai pembatalan keberangkatan. Padahal, ia berencana kembali ke Kotabaru lebih awal untuk bekerja. "Saya sengaja pilih balik lebih awal, tapi faktanya seperti ini. Sudah tiba di pelabuhan ternyata kapal tidak sandar karena alasan penuh," ungkapnya dengan nada penyesalan.

Awaludin berharap agar PT Pelni dapat meningkatkan pelayanan kepada penumpang, terutama menjelang musim mudik Lebaran. Ia merasa kecewa karena telah menunggu berjam-jam di pelabuhan sebelum akhirnya mendapatkan informasi mengenai pembatalan keberangkatan kapal.

Sebagian calon penumpang yang rumahnya dekat dengan pelabuhan memilih untuk pulang dan menunggu informasi lebih lanjut mengenai jadwal keberangkatan kapal Sabuk Nusantara 111 yang dijadwalkan berlayar pada hari Senin.

Tanggapan PT Pelni dan Otoritas Pelabuhan

Menanggapi insiden ini, Petugas Operasi PT Pelni Parepare, Faizah Robita Kamelia, menjelaskan bahwa kapal Sabuk Nusantara 93 tidak dapat bersandar di Pelabuhan Tanjung Silopo karena telah penuh setelah mengangkut penumpang dari Pelabuhan Passarang. Ia berjanji bahwa insiden ini akan menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan pelayanan di masa mendatang.

"Hari ini kapal Sabuk Nusantara batal berlabuh di Pelabuhan Tanjung Silopo lantaran overcapacity penumpang di Pelabuhan Passarang, Majene. Rencananya kapal berikutnya baru akan beroperasi pada Senin mendatang," jelas Faizah.

Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) UPP Pelabuhan Tanjung Silopo, Said, menyatakan bahwa kesalahan ini bukan berasal dari pihak Syahbandar, karena tugas mereka hanya menyediakan fasilitas pelabuhan. Ia menegaskan bahwa pengaturan kuota penumpang sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT Pelni sebagai operator.

"Ini bukan teknis kesalahan di pihak Syahbandar, karena kami hanya menyediakan fasilitas pelabuhan. Sepenuhnya adalah kewenangan PT Pelni selaku operator," tegas Said.

Said menambahkan bahwa PT Pelni seharusnya dapat mengatur kuota penumpang secara proporsional antara Pelabuhan Passarang dan Silopo, sehingga kejadian serupa tidak terulang dan menimbulkan keresahan di masyarakat.

Evaluasi dan Solusi

Insiden ini menjadi momentum penting untuk mengevaluasi sistem pengelolaan transportasi laut, khususnya di wilayah-wilayah dengan keterbatasan infrastruktur. Koordinasi yang lebih baik antara operator pelayaran, otoritas pelabuhan, dan pemerintah daerah sangat dibutuhkan untuk memastikan kelancaran arus penumpang dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang.

Beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan antara lain:

  • Peningkatan kapasitas kapal atau penambahan frekuensi pelayaran.
  • Penerapan sistem ticketing online untuk mengendalikan jumlah penumpang.
  • Koordinasi yang lebih baik antara pelabuhan asal dan tujuan untuk memastikan kuota penumpang yang proporsional.
  • Peningkatan fasilitas dan layanan di pelabuhan untuk memberikan kenyamanan bagi penumpang yang menunggu.

Diharapkan dengan evaluasi dan implementasi solusi yang tepat, kejadian serupa tidak akan terulang dan masyarakat dapat menggunakan transportasi laut dengan aman dan nyaman.