Lebaran Ketupat Jawa Tondano: Merajut Tradisi, Menjaga Warisan di Tanah Gorontalo

Lebaran Ketupat Jawa Tondano: Merajut Tradisi, Menjaga Warisan di Tanah Gorontalo

GORONTALO - Masyarakat Jawa Tondano di Gorontalo, khususnya para sesepuh, baru saja menunaikan tradisi Lebaran Ketupat sebagai penutup rangkaian ibadah puasa sunnah Syawal. Perayaan ini bukan sekadar pesta kuliner, melainkan juga wujud syukur dan pelestarian warisan budaya yang telah mengakar kuat sejak lama.

Tradisi Lebaran Ketupat bagi komunitas Jawa Tondano kaya akan hidangan khas. Ketupat menjadi menu utama, ditemani jenang (dodol) yang manis dan nasi buluh yang dimasak dalam bambu, menciptakan harmoni rasa yang menggugah selera. Lebih dari sekadar hidangan, makanan-makanan ini adalah simbol kebersamaan dan kegembiraan setelah menjalankan ibadah puasa.

Sejarah Panjang di Balik Tradisi

Lebaran Ketupat ini berakar dari sejarah panjang masyarakat Jawa Tondano. Mereka adalah keturunan para pengikut Kyai Mojo yang diasingkan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda ke Sulawesi pada tahun 1828, pasca-Perang Jawa atau Perang Diponegoro. Di tanah rantau, mereka tetap teguh memegang ajaran Islam dan tradisi Jawa, termasuk puasa sunnah Syawal.

"Puasa sunnah Syawal sudah menjadi kebiasaan orang tua kami, bahkan anak muda pun banyak yang ikut. Ini bagian dari identitas kami," ungkap Haryono Suronoto, seorang tokoh masyarakat Jawa Tondano.

Puasa Syawal diyakini memiliki keutamaan yang besar dalam agama Islam, menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk menyempurnakan ibadah puasa Ramadhan dan meraih pahala yang berlipat ganda. Selain itu, puasa ini juga menjadi ungkapan syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT.

Melestarikan Warisan Leluhur

Sayangnya, tradisi ini mulai menghadapi tantangan zaman. Generasi muda dinilai kurang tertarik untuk melanjutkannya. Namun, semangat untuk melestarikan warisan leluhur tetap membara di kalangan masyarakat Jawa Tondano.

Kyai Mojo dan para pengikutnya bukan hanya dikenal sebagai tokoh agama, tetapi juga pejuang yang menentang penjajahan. Semangat perlawanan dan kecintaan pada Islam terus diwariskan kepada generasi penerus. Selain puasa Syawal, mereka juga melestarikan amalan dan tradisi lain seperti shalawat ghalibah, shalat Jawa, dan hadrah.

Keunikan tradisi masyarakat Jawa Tondano terletak pada perpaduan antara ajaran Islam dan budaya Jawa yang kental. Hal ini membedakannya dengan tradisi masyarakat Jawa pada umumnya.

Pesta Kuliner dan Kebersamaan

Perayaan Lebaran Ketupat di Reksonegoro menjadi pusat perhatian dengan kehadiran Gubernur Gorontalo, Gusnar Ismail, dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Panggung-panggung seni disiapkan untuk menampilkan atraksi budaya Jawa Tondano yang khas.

"Lebaran Ketupat selalu ramai. Ini menjadi momen pemersatu, di mana sanak saudara berkumpul, makan bersama, dan mempererat tali silaturahmi," kata Muhammad Wonopatih, imam masjid Reksonegoro.

Lebaran Ketupat telah menjadi pesta kuliner yang meriah bagi warga Gorontalo. Awalnya, perayaan ini hanya diadakan di Kampung Jawa Yosonegoro, Kaliyoso, dan Reksonegoro. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi ini menyebar ke daerah lain yang dihuni masyarakat Jawa Tondano, bahkan pemerintah daerah seperti Kota Gorontalo turut menggelar acara serupa.

Warga Jawa Tondano yang tinggal di luar daerah juga menggelar open house dengan menyajikan hidangan khas Lebaran Ketupat. Kerabat, keluarga, dan kolega berkumpul untuk menikmati kelezatan masakan Jawa Tondano dan merayakan kebersamaan.