Ujian Keimanan Nabi Nuh AS: Tangisan Penyesalan dan Cinta yang Tak Terbalas
Tangisan Nabi Nuh AS: Antara Cinta Ayah dan Kehendak Ilahi
Kisah Nabi Nuh AS, seorang utusan Allah yang gigih menyeru kaumnya kepada kebenaran, menyimpan episode pilu yang jarang disorot. Dibalik kesabarannya menghadapi penolakan dan kesesatan kaumnya, terdapat tangisan penyesalan yang mendalam. Tangisan ini bukan semata karena keangkuhan kaumnya, melainkan karena ujian terberat seorang ayah: menyaksikan anaknya sendiri, Kan'an, menolak hidayah dan memilih tenggelam dalam banjir bandang.
Dakwah yang Panjang dan Penolakan yang Memilukan
Nabi Nuh AS berdakwah selama ratusan tahun kepada kaum bani Rasib, namun hanya segelintir orang yang mengikuti ajarannya. Keteguhan Nuh AS diuji dengan penolakan kaumnya yang menyekutukan Allah SWT. Bahkan, Kan'an, putra Nabi Nuh AS, menyembunyikan kebenciannya dan berpura-pura beriman.
Ketika Allah SWT menurunkan azab berupa banjir besar, Nabi Nuh AS diperintahkan untuk menyelamatkan umatnya yang beriman ke dalam bahtera. Nuh AS memohon kepada Kan'an untuk ikut serta, namun putranya menolak mentah-mentah. Kan'an lebih memilih mencari perlindungan di puncak gunung, berharap selamat dari banjir.
Perdebatan di Tengah Gelombang dan Teguran Ilahi
Di tengah gelombang yang semakin tinggi, Nabi Nuh AS terus membujuk Kan'an. Momen ini diabadikan dalam Al-Qur'an, surah Hud ayat 43:
قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا ٱلْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ ٱلْمُغْرَقِينَ
Artinya: "Anaknya menjawab: 'Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!' Nuh berkata: 'Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.' Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang yang ditenggelamkan."
Gelombang besar memisahkan Nuh AS dan Kan'an. Naluri seorang ayah mendorong Nuh AS untuk memohon kepada Allah SWT agar menyelamatkan putranya. Namun, Allah SWT menegur Nuh AS melalui surah Hud ayat 46:
قَالَ يٰنُوْحُ اِنَّهٗ لَيْسَ مِنْ اَهْلِكَ ۚاِنَّهٗ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنِّيْٓ اَعِظُكَ اَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْجٰهِلِيْنَ ٤٦
Artinya: "Dia (Allah) berfirman, 'Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu karena perbuatannya sungguh tidak baik. Oleh karena itu, janganlah engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Sesungguhnya Aku menasihatimu agar engkau tidak termasuk orang-orang bodoh.'"
Teguran ini menyadarkan Nuh AS bahwa keimanan adalah ikatan yang lebih kuat dari hubungan darah. Cinta seorang ayah tidak boleh membutakan hati dari kehendak Allah SWT.
Tangisan Penyesalan dan Garis Air Mata di Wajah Nabi
Teguran Allah SWT menjadi pukulan berat bagi Nabi Nuh AS. Beliau menangis selama ratusan tahun, menyesali permohonannya yang dianggap tidak pantas. Riwayat Imam Ahmad dalam kitab Az-Zuhud menyebutkan bahwa tangisan itu meninggalkan bekas garis air mata di wajah Nuh AS.
Kisah Nabi Nuh AS adalah pengingat bagi kita semua tentang pentingnya keimanan dan ketundukan kepada Allah SWT. Cinta kepada keluarga adalah fitrah, namun cinta kepada Allah SWT harus menjadi yang utama. Ujian Nabi Nuh AS mengajarkan kita untuk menerima takdir Allah SWT dengan lapang dada, meskipun terasa pahit dan menyakitkan.
Hikmah dari Kisah Nabi Nuh AS
Kisah Nabi Nuh AS mengandung banyak hikmah yang dapat kita petik:
- Keteguhan dalam berdakwah: Meskipun menghadapi penolakan dan tantangan, Nabi Nuh AS tetap gigih menyeru kaumnya kepada kebenaran.
- Prioritas keimanan: Keimanan kepada Allah SWT harus menjadi prioritas utama dalam hidup kita, bahkan di atas hubungan darah.
- Menerima takdir: Kita harus menerima takdir Allah SWT dengan lapang dada, meskipun terasa berat dan menyakitkan.
- Cinta yang tulus: Cinta kepada keluarga adalah fitrah, namun cinta itu harus dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Kisah Nabi Nuh AS adalah cermin bagi kita untuk bercermin dan memperbaiki diri. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari kisah ini dan menjadi hamba Allah SWT yang lebih baik.