Kebuntuan Negosiasi Gencatan Senjata Gaza: Hamas Tolak Perpanjangan, Israel Blokir Bantuan

Kebuntuan Negosiasi Gencatan Senjata Gaza: Hamas Tolak Perpanjangan, Israel Blokir Bantuan

Perundingan gencatan senjata di Jalur Gaza memasuki babak baru yang menegangkan setelah Hamas menolak proposal perpanjangan gencatan senjata tahap pertama yang diajukan Israel. Penolakan ini berujung pada keputusan Israel untuk memblokir seluruh aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza, memicu kekhawatiran akan krisis kemanusiaan yang lebih parah. Gencatan senjata tahap pertama, yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat, berakhir pada 1 Maret 2025 setelah berlangsung selama 15 bulan dan melibatkan pembebasan 33 sandera Israel sebagai imbalan atas pembebasan sekitar 1.900 tahanan Palestina. Proses pertukaran tawanan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata tiga tahap yang diusulkan oleh Presiden AS Joe Biden.

Penolakan Hamas terhadap perpanjangan sementara yang diusulkan utusan khusus Donald Trump, Steve Witkoff, telah memicu reaksi keras dari Israel. Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa pemblokiran bantuan kemanusiaan merupakan langkah tekanan untuk memaksa Hamas menerima rencana Amerika Serikat terkait perpanjangan gencatan senjata. Langkah ini dikecam oleh Hamas sebagai bentuk pemerasan dan pengkhianatan terhadap kesepakatan gencatan senjata yang telah terjalin. Mereka mendesak para mediator untuk segera turun tangan dan menyelesaikan kebuntuan ini.

Kesepakatan gencatan senjata tiga tahap tersebut memiliki detail sebagai berikut:

  • Tahap Pertama: Berlangsung dari 19 Januari hingga 1 Maret 2025, mencakup pertukaran tahanan.
  • Tahap Kedua: Ditargetkan untuk mencapai gencatan senjata permanen, pembebasan seluruh sandera yang masih hidup, dan penarikan pasukan Israel dari Gaza. Negosiasi tahap ini mengalami keterlambatan.
  • Tahap Ketiga: Meliputi pemulangan jenazah sandera yang telah meninggal dan rekonstruksi Gaza yang akan memakan waktu bertahun-tahun.

Hamas menegaskan penolakan mereka atas perpanjangan tahap pertama tanpa adanya jaminan konkret atas pelaksanaan tahap kedua. Mereka mempertanyakan keseriusan Israel dalam mencapai kesepakatan permanen. Sementara itu, Israel menyatakan kesiapan untuk kembali melancarkan serangan ke Gaza jika negosiasi dalam periode perpanjangan sementara, yang diusulkan selama enam minggu mencakup bulan Ramadhan dan Paskah Yahudi, tidak membuahkan hasil. Proposal Israel, yang belum diumumkan secara terbuka oleh Witkoff, konon mencakup pembebasan setengah dari seluruh sandera, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal.

Pemblokiran bantuan kemanusiaan ke Gaza telah menimbulkan kekhawatiran dari berbagai lembaga kemanusiaan internasional. Program Pangan Dunia (WFP), misalnya, telah mendesak semua pihak untuk menemukan solusi dan memastikan aliran bantuan kemanusiaan tetap berjalan. Sebelum pemblokiran, ribuan truk bantuan masuk ke Gaza setiap minggu sejak gencatan senjata diberlakukan pada Januari 2025. Situasi ini semakin memperumit kondisi kemanusiaan di Gaza yang sudah rapuh, dan meningkatkan potensi terjadinya eskalasi konflik lebih lanjut.