Semarak Lebaran Ketupat: Tradisi Unik dan Pesta Kuliner di Trenggalek

Semarak Lebaran Ketupat: Tradisi Unik dan Pesta Kuliner di Trenggalek

Malam Lebaran Ketupat menjadi momen istimewa yang dirayakan meriah di berbagai wilayah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Tradisi turun-temurun ini menghadirkan perpaduan unik antara silaturahmi, pawai meriah, dan pesta kuliner ketupat yang menggugah selera.

Pesta Rakyat di Desa Widoro

Di Desa Widoro, Kecamatan Gandusari, kemeriahan Lebaran Ketupat terlihat jelas pada Minggu malam, 6 April 2025. Ribuan warga dari berbagai daerah berbondong-bondong datang untuk merayakan tradisi ini. Menurut Mujiono, tokoh masyarakat Desa Widoro, antusiasme warga semakin meningkat setiap tahunnya. Sejak pukul 18.00 WIB, desa ini sudah dipenuhi oleh lautan manusia.

Lebaran Ketupat, yang jatuh pada hari keenam setelah Idul Fitri, menjadi ajang silaturahmi akbar. Warga saling mengunjungi, menjalin keakraban, sambil menikmati hidangan khas ketupat sayur yang disajikan oleh hampir setiap rumah. Ketupat sayur seolah menjadi menu wajib, lengkap dengan sayur nangka muda dan lauk rempeyek atau tempe keripik. Seiring perkembangan zaman, variasi hidangan pendamping semakin beragam, mulai dari bakso, opor ayam, hingga olahan daging sapi. Namun, ketupat dan sayur nangka muda tetap menjadi primadona.

Kemeriahan semakin bertambah dengan adanya pawai yang dimulai pukul 19.30 WIB. Puluhan sound system berkekuatan besar, yang dikenal dengan sebutan sound horeg, turut memeriahkan acara. Meskipun demikian, volume dan subwoofer dibatasi untuk menjaga kenyamanan dan menghindari kerusakan.

Kemeriahan di Berbagai Wilayah Trenggalek

Selain Desa Widoro, perayaan Lebaran Ketupat juga dirayakan di berbagai wilayah lain di Trenggalek, seperti Kelurahan Kelutan, Desa Sukorame (Kecamatan Kampak), dan Kecamatan Durenan. Di Desa Sukorame, Kecamatan Pogalan, suasana tidak kalah meriah. Warga saling bersilaturahmi dari rumah ke rumah, menciptakan suasana yang mirip dengan Hari Raya Idul Fitri.

Menurut Vendi Santosa, warga Desa Sukorame, suasana Lebaran Ketupat justru lebih meriah dibandingkan Idul Fitri. Silaturahmi Lebaran Ketupat dilakukan pada malam hari setelah shalat Isya. Langit Desa Sukorame semakin semarak dengan letusan kembang api aneka warna yang dinyalakan hampir di setiap rumah. Pemandangan ini menciptakan pertunjukan kembang api yang serentak dan berlangsung lama.

Makna dan Esensi Lebaran Ketupat

Lebaran Ketupat bukan hanya sekadar perayaan atau pesta kuliner. Lebih dari itu, Lebaran Ketupat memiliki makna yang mendalam sebagai momen untuk mempererat tali silaturahmi, berbagi kebahagiaan, dan melestarikan tradisi. Kehadiran ketupat sebagai hidangan utama juga memiliki simbolisme tersendiri. Ketupat, yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan anyaman janur (daun kelapa muda), melambangkan kesucian dan keberkahan. Bentuknya yang unik juga melambangkan kompleksitas kehidupan yang saling terjalin.

Perayaan Lebaran Ketupat di Trenggalek menjadi bukti nyata bagaimana tradisi dan budaya lokal dapat terus hidup dan berkembang di tengah modernisasi. Semangat gotong royong, kebersamaan, dan kecintaan terhadap tradisi menjadi kunci utama dalam menjaga keberlangsungan perayaan ini.

Lebaran Ketupat dalam Angka (Desa Widoro):

  • Jumlah warga yang hadir: Ribuan
  • Waktu dimulainya perayaan: 18:00 WIB
  • Jumlah sound system yang memeriahkan: Belasan
  • Waktu dimulainya pawai: 19:30 WIB
  • Jumlah porsi ketupat sayur yang disediakan setiap warga: 100-200 porsi

Hidangan Khas Lebaran Ketupat:

  • Ketupat
  • Sayur Nangka Muda
  • Rempeyek
  • Tempe Keripik
  • Bakso
  • Opor Ayam
  • Olahan Daging Sapi