Momentum Ramadan dan Idul Fitri Picu Kenaikan Inflasi Maret 2025: Proyeksi Ekonomi dan Dampak pada Daya Beli

Ramadan dan Idul Fitri Picu Kenaikan Inflasi Maret 2025: Proyeksi Ekonomi dan Dampak pada Daya Beli

Jakarta - Setelah mengalami deflasi sebesar 0,48 persen pada bulan sebelumnya, inflasi di Indonesia diperkirakan akan kembali meningkat pada bulan Maret 2025. Proyeksi ini didorong oleh beberapa faktor kunci, termasuk momentum Ramadan dan perayaan Idul Fitri, serta beberapa kebijakan ekonomi yang berpengaruh.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, memproyeksikan bahwa inflasi pada Maret 2025 akan mencapai 1,79 persen secara month-on-month (MoM). Dengan proyeksi ini, inflasi tahunan (year-on-year atau YoY) diperkirakan berada di angka 1,16 persen. Proyeksi ini menyoroti tekanan inflasi yang signifikan menjelang hari raya.

Faktor-faktor Pendorong Inflasi

Beberapa faktor utama diidentifikasi sebagai pendorong utama kenaikan inflasi ini:

  • Pencabutan Diskon Listrik: Kebijakan penghapusan diskon tarif listrik bagi pelanggan prabayar memberikan kontribusi signifikan terhadap inflasi. Menurut David Sumual, tanpa adanya diskon ini, inflasi berpotensi mencapai 1,86 persen YoY. Dampak dari kebijakan ini cukup besar, mengingat konsumsi listrik merupakan bagian penting dari pengeluaran rumah tangga.
  • Kenaikan Harga Pangan: Meskipun harga beras menunjukkan tren penurunan, harga komoditas pangan lainnya mengalami kenaikan, terutama menjelang dan selama bulan Ramadan serta Idul Fitri. Kenaikan harga bawang merah menjadi contoh yang paling mencolok. Lonjakan harga pangan ini secara langsung mempengaruhi daya beli masyarakat, terutama kelompok berpenghasilan rendah.
  • Momentum Ramadan dan Idul Fitri: Permintaan akan berbagai kebutuhan pokok dan barang konsumsi lainnya biasanya meningkat tajam selama bulan Ramadan dan menjelang Idul Fitri. Peningkatan permintaan ini seringkali tidak seimbang dengan ketersediaan pasokan, sehingga memicu kenaikan harga.

Dampak pada Inflasi Inti

Selain inflasi umum, inflasi inti juga diperkirakan akan mengalami kenaikan. David Sumual memperkirakan inflasi inti akan mencapai 0,25 persen MoM, dan 2,50 persen YoY. Kenaikan harga emas juga menjadi faktor yang mempengaruhi inflasi inti.

Perhatian terhadap Daya Beli Masyarakat

Lonjakan harga pangan menjadi perhatian utama karena dampaknya terhadap daya beli masyarakat. Kenaikan harga kebutuhan pokok dapat mengurangi kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

Kesimpulan

Proyeksi inflasi pada Maret 2025 menunjukkan bahwa momentum Ramadan dan Idul Fitri, bersama dengan faktor-faktor lain seperti pencabutan diskon listrik dan kenaikan harga pangan, memberikan tekanan inflasi yang signifikan. Pemerintah dan otoritas terkait perlu mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas harga, serta melindungi daya beli masyarakat, terutama menjelang dan selama hari raya.

Dengan mengantisipasi dan mengatasi potensi dampak negatif dari inflasi, diharapkan stabilitas ekonomi dapat terjaga dan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan.