Momentum Ramadhan dan Lebaran Picu Kenaikan Inflasi Maret 2025, Proyeksi Menyentuh 1,79 Persen

Ramadhan dan Lebaran Dorong Inflasi Maret 2025

Jakarta - Setelah mengalami deflasi pada bulan sebelumnya, inflasi di Indonesia diperkirakan akan kembali mengalami peningkatan signifikan pada Maret 2025. Proyeksi dari Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, menunjukkan bahwa inflasi bulanan (month-on-month/MoM) pada Maret 2025 diperkirakan mencapai 1,79 persen. Angka ini akan mendorong inflasi tahunan (year-on-year/YoY) menjadi sekitar 1,16 persen.

Beberapa faktor utama yang menjadi pendorong kenaikan inflasi ini meliputi:

  • Pencabutan Diskon Listrik: Penghapusan kebijakan diskon tarif listrik bagi pelanggan prabayar memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan inflasi. David Sumual mengungkapkan bahwa tanpa adanya diskon listrik, inflasi dapat mencapai 1,86 persen YoY.
  • Kenaikan Harga Pangan: Meskipun terdapat indikasi penurunan harga beras, secara umum harga pangan masih menunjukkan tren kenaikan. Momentum bulan Ramadhan dan persiapan Hari Raya Idul Fitri (Lebaran) memperparah situasi ini, terutama pada komoditas seperti bawang merah.

Dampak Kenaikan Harga Pangan

Kenaikan harga pangan, terutama menjelang hari besar keagamaan, menjadi perhatian serius karena berpotensi menggerus daya beli masyarakat dan mengganggu stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Lonjakan harga pada komoditas pokok seperti bawang merah dapat membebani pengeluaran rumah tangga, terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.

David Sumual juga memperkirakan bahwa inflasi inti akan mengalami kenaikan, mencapai 0,25 persen MoM. Secara tahunan, inflasi inti diprediksi berada di angka 2,50 persen YoY. Kenaikan harga emas juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi inti.

Analisis dan Proyeksi

Kenaikan inflasi pada Maret 2025 menjadi sinyal bagi pemerintah dan otoritas terkait untuk mengambil langkah-langkah antisipatif. Stabilisasi harga pangan menjadi kunci utama dalam mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat. Selain itu, kebijakan terkait tarif listrik dan komoditas strategis lainnya perlu dievaluasi secara cermat untuk meminimalkan dampak negatif terhadap inflasi.

Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas moneter dan mengendalikan inflasi. BI dapat menggunakan berbagai instrumen kebijakan, seperti suku bunga acuan, untuk merespons dinamika inflasi dan memastikan bahwa inflasi tetap berada dalam target yang ditetapkan.

Secara keseluruhan, proyeksi inflasi Maret 2025 menggarisbawahi pentingnya koordinasi dan sinergi antara pemerintah, BI, dan pihak terkait lainnya dalam menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat, terutama dalam menghadapi momentum penting seperti Ramadhan dan Lebaran.