Eskalasi Konflik Gaza: Ulama Dunia Serukan Jihad Global Menentang Agresi Israel
Serangan Israel ke Gaza Picu Fatwa Jihad Global
Serangan terbaru Israel ke Gaza telah memicu kecaman internasional dan seruan untuk tindakan nyata, termasuk fatwa jihad dari ulama dunia terkemuka. Peningkatan eskalasi konflik ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang krisis kemanusiaan yang mengerikan dan pelanggaran hukum internasional yang terang-terangan.
Ali al-Qaradaghi, Sekretaris Jenderal International Union of Muslim Scholars (IUMS), sebuah organisasi berpengaruh yang sebelumnya dipimpin oleh Yusuf al-Qaradawi, mengeluarkan seruan mendesak kepada semua negara Muslim untuk segera campur tangan secara militer, ekonomi, dan politik untuk menghentikan apa yang disebutnya "genosida dan penghancuran menyeluruh" di Gaza. Deklarasi tersebut, yang terdiri dari 15 poin, mengutuk keras kegagalan pemerintah Arab dan Muslim untuk melindungi Gaza, menyebutnya sebagai "kejahatan besar" di bawah hukum Islam.
Fatwa tersebut secara eksplisit melarang segala bentuk dukungan terhadap Israel dalam aksi militernya di Gaza, termasuk penjualan senjata dan memfasilitasi transportasi melalui jalur air strategis seperti Terusan Suez dan Selat Hormuz. IUMS juga menyerukan blokade udara, darat, dan laut terhadap Israel untuk mendukung warga Palestina di Gaza.
"Dilarang mendukung musuh kafir (Israel) dalam pemusnahan Muslim di Gaza, terlepas dari jenis dukungannya," tegas Qaradaghi dalam fatwanya.
Qaradaghi, seorang tokoh agama yang sangat dihormati di kalangan Muslim Sunni, menyerukan kepada negara-negara Muslim untuk meninjau perjanjian damai dengan Israel. Dia juga mendesak umat Muslim di Amerika Serikat untuk menekan Presiden Donald Trump agar memenuhi janji kampanyenya untuk menghentikan agresi dan membangun perdamaian.
Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Parah
Serangan terbaru Israel di Gaza telah memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan. Sejak melanggar kesepakatan gencatan senjata, Israel telah menewaskan lebih dari 1.200 warga Palestina, termasuk ratusan anak-anak. Menurut laporan dari sumber medis, jumlah korban tewas akibat serangan Israel sejak Oktober 2023 telah mencapai lebih dari 50.695 jiwa, dengan 115.338 lainnya terluka. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.
Layanan darurat menghadapi kesulitan besar dalam menjangkau korban dan jenazah yang terjebak di bawah reruntuhan karena pasukan Israel terus menargetkan ambulans dan kru pertahanan sipil. Serangan yang semakin intensif menargetkan fasilitas sipil penting seperti sekolah, tempat pengungsian, rumah sakit, pusat makanan, zona aman yang ditetapkan Israel, dan pabrik desalinasi air.
Seruan Internasional untuk Gencatan Senjata dan Pertanggungjawaban
Komunitas internasional semakin meningkatkan seruan untuk gencatan senjata segera dan menyeluruh di Gaza. Namun, serangan Israel terus berlanjut tanpa henti, mengabaikan seruan dari Dewan Keamanan PBB dan Mahkamah Internasional.
Gelombang serangan Israel telah menyebabkan kehancuran yang meluas di lingkungan padat penduduk di Gaza. Gambar dan video yang beredar secara online menunjukkan kehancuran total bangunan tempat tinggal, infrastruktur sipil, dan fasilitas umum.
Krisis di Gaza membutuhkan tindakan segera dan terkoordinasi dari komunitas internasional untuk menghentikan kekerasan, memberikan bantuan kemanusiaan yang mendesak, dan meminta pertanggungjawaban atas pelanggaran hukum internasional. Jika tidak, wilayah tersebut berisiko terjerumus lebih dalam ke dalam kekacauan dan penderitaan.
Berikut adalah daftar sasaran serangan Israel:
- Sekolah
- Tempat Pengungsian
- Rumah Sakit
- Pusat Makanan
- Zona Aman
- Pabrik Desalinasi Air