Strategi Tiba Bongkar Berangkat Diterapkan di Bakauheni untuk Kelancaran Arus Balik
Antisipasi Kepadatan Arus Balik, Kemenhub Optimalkan Skema TBB di Pelabuhan Bakauheni
Pemerintah terus berupaya keras memastikan kelancaran arus balik Lebaran 2025. Salah satu langkah krusial yang diambil Kementerian Perhubungan (Kemenhub) adalah mengoptimalkan penerapan skema Tiba Bongkar Berangkat (TBB) di Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Menteri Perhubungan, Dedy Purwagandhi, menekankan bahwa strategi ini bertujuan untuk meminimalkan potensi penumpukan penumpang dan kendaraan yang hendak menyeberang dari Sumatera menuju Jawa.
Skema TBB, yang secara efektif merupakan sistem "one way" untuk penyeberangan laut, dirancang untuk mempercepat siklus operasional kapal. Dengan memprioritaskan kecepatan bongkar muat, kapal dapat segera kembali ke Pelabuhan Bakauheni untuk mengangkut gelombang penumpang dan kendaraan berikutnya. Hal ini diharapkan dapat mengurangi waktu tunggu dan mencegah terjadinya antrean panjang yang seringkali menjadi masalah utama selama periode arus balik.
"Perhatian utama kita adalah bagaimana memfasilitasi dan mengakomodasi arus balik ini secepat mungkin, sehingga tidak terjadi penumpukan yang mengganggu," ujar Menteri Perhubungan Dedy Purwagandhi dalam keterangan persnya, Senin (7/4/2025).
Bagaimana Skema TBB Bekerja?
Skema TBB bekerja dengan prinsip sederhana namun efektif. Ketika sebuah kapal tiba di Pelabuhan Merak, fokus utama adalah membongkar seluruh muatan kendaraan dan penumpang. Setelah proses bongkar selesai, kapal tidak perlu menunggu atau melakukan aktivitas lain di Merak. Kapal tersebut akan segera kembali ke Pelabuhan Bakauheni untuk memulai siklus berikutnya, yaitu memuat kendaraan dan penumpang yang telah menunggu giliran untuk menyeberang.
Implementasi skema TBB ini melibatkan koordinasi erat antara berbagai pihak, termasuk Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) dan PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero). KSOP bertanggung jawab untuk memastikan kelancaran operasional pelabuhan dan keselamatan pelayaran, sementara ASDP berperan sebagai operator yang mengatur jadwal kapal dan memastikan ketersediaan fasilitas yang memadai.
Belajar dari Pengalaman Arus Mudik
Menteri Perhubungan Dedy Purwagandhi menyatakan optimismenya bahwa pengelolaan arus balik di Pelabuhan Bakauheni akan berjalan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Optimisme ini didasarkan pada pengalaman positif yang diperoleh selama pengelolaan arus mudik di Pelabuhan Merak. Dengan mengidentifikasi dan mengatasi potensi masalah selama arus mudik, Kemenhub yakin dapat menerapkan strategi yang lebih efektif untuk mengatasi tantangan arus balik.
"Saya berharap pengelolaan Pelabuhan Bakauheni ke Pelabuhan Merak akan jadi lebih baik, karena kita sudah melihat pengalaman Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni. Sejauh ini saya lihat sudah cukup baik, kita harus terus perbaiki ke depannya," pungkasnya.
Langkah Antisipasi Lebih Lanjut
Selain penerapan skema TBB, Kemenhub juga telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi lainnya untuk memastikan kelancaran arus balik. Langkah-langkah tersebut meliputi:
- Peningkatan Kapasitas Pelabuhan: Memastikan fasilitas pelabuhan, seperti dermaga dan area parkir, berfungsi optimal untuk menampung volume kendaraan yang tinggi.
- Penambahan Armada Kapal: Mengoperasikan armada kapal yang memadai untuk memenuhi kebutuhan penyeberangan selama periode arus balik.
- Pengaturan Jadwal Keberangkatan: Mengatur jadwal keberangkatan kapal secara efisien untuk menghindari penumpukan penumpang dan kendaraan di pelabuhan.
- Koordinasi dengan Pihak Terkait: Berkoordinasi dengan kepolisian, pemerintah daerah, dan pihak terkait lainnya untuk memastikan kelancaran lalu lintas di sekitar pelabuhan.
Dengan penerapan skema TBB dan langkah-langkah antisipasi lainnya, diharapkan arus balik Lebaran 2025 dapat berjalan lancar, aman, dan nyaman bagi seluruh pemudik.