Jerat Agama: Psikolog Ungkap Modus Manipulasi Pernikahan 'Surga' ala Walid dalam Drama 'Bidaah'
Gelombang diskusi daring tengah menyoroti karakter Walid Muhammad, sebuah tokoh fiktif dari drama Malaysia berjudul 'Bidaah' atau 'Broken Heaven'. Sorotan ini bukan tanpa alasan, Walid digambarkan sebagai sosok pemimpin sekte keagamaan bernama Jihad Ummah yang melakukan penyimpangan, terutama dalam hal pernikahan.
Inti dari kontroversi ini adalah praktik nikah batin yang dilakukan Walid. Dengan dalih agama, Walid memburu wanita-wanita muda, menjanjikan iming-iming surga jika bersedia menjadi istrinya. Praktik ini memicu pertanyaan mendalam: mengapa seseorang bisa begitu mudah menjadi korban manipulasi semacam ini? Psikolog klinis Anastasia Sari Dewi memberikan penjelasannya.
Menurut Anastasia, kerentanan seseorang untuk menjadi korban manipulasi berkedok agama terletak pada keyakinan yang salah tentang pernikahan sebagai jalan pintas menuju ibadah. Pelaku, seperti Walid, memanfaatkan simbol-simbol dan doktrin agama untuk memuluskan aksi mereka. "Pernikahan seharusnya didasari pada kriteria yang jelas dan proses yang sehat, bukan sekadar mengikuti doktrin satu pihak," tegas Anastasia.
Dampak Negatif Manipulasi Agama dalam Pernikahan
Lantas, apa konsekuensi bagi mereka yang terjebak dalam pernikahan hasil manipulasi ini? Anastasia menjelaskan bahwa korban akan mengalami lebih banyak dampak negatif daripada positif. Kebebasan hidup mereka akan terbatasi oleh doktrin-doktrin yang mengekang. Lebih jauh lagi, mereka bisa mengalami pencucian otak dan manipulasi, sehingga hanya menuruti hasrat pelaku. Kondisi ini sangat rentan terjadi pada korban yang masih anak-anak atau remaja.
Anastasia menekankan bahwa minimnya edukasi, literasi, dan kemampuan berpikir logis menjadi faktor utama yang membuat seseorang rentan terhadap manipulasi agama. Pelaku akan memanfaatkan nilai-nilai agama untuk mendoktrin dan memanipulasi korban.
Peran Atribut Agama dalam Manipulasi
"Terlebih jika pelaku menggunakan atribut-atribut tertentu yang mengarah ke agama tertentu, ini bisa semakin memperkuat pengaruhnya terhadap korban," tambah Anastasia. Dalam konteks ini, penting untuk membedakan antara praktik agama yang benar dan manipulasi yang menggunakan agama sebagai kedok.
Pelajaran dari Kasus Walid
Kasus Walid dalam drama 'Bidaah' menjadi cermin bagi masyarakat untuk lebih waspada terhadap potensi manipulasi agama, terutama dalam konteks pernikahan. Edukasi yang memadai, literasi yang baik, dan kemampuan berpikir logis adalah benteng utama untuk melindungi diri dari jerat manipulasi semacam ini.
Berikut poin-poin penting yang perlu diperhatikan:
- Kritis terhadap doktrin: Jangan menelan mentah-mentah semua doktrin agama. Selalu pertimbangkan dengan akal sehat dan logika.
- Pernikahan yang sehat: Bangun pernikahan berdasarkan cinta, saling menghormati, dan kesetaraan, bukan hanya iming-iming surga.
- Edukasi dan literasi: Tingkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang agama, hukum, dan hak-hak individu.
- Berpikir logis: Kembangkan kemampuan berpikir kritis dan logis untuk membedakan antara kebenaran dan kebohongan.
- Waspada terhadap atribut: Jangan mudah terpengaruh oleh atribut-atribut agama yang digunakan oleh seseorang. Perhatikan tindakannya dan nilai-nilai yang dianutnya.
Dengan meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan, diharapkan masyarakat dapat terhindar dari praktik manipulasi agama yang merugikan.