IHSG Menguat Tajam, Rupiah Perkasa di Tengah Ancaman Tarif AS
IHSG Menguat Tajam, Rupiah Perkasa di Tengah Ancaman Tarif AS
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka dengan kinerja positif yang mencolok pada perdagangan Senin (3/3/2025) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penguatan signifikan ini terjadi di tengah ketidakpastian global yang dipicu oleh rencana kenaikan tarif impor yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terhadap Meksiko, Kanada, dan Tiongkok. Pada pukul 09.10 WIB, IHSG tercatat berada di level 6.366,24, menanjak 95,64 poin atau 1,53 persen dibandingkan penutupan sesi sebelumnya di angka 6.270. Kenaikan ini menunjukkan optimisme pasar domestik meskipun ancaman proteksionisme AS masih membayangi.
Pergerakan IHSG ini turut diikuti oleh penguatan sejumlah saham. Tercatat 323 saham bergerak di zona hijau, sementara 126 saham berada di zona merah dan 159 saham lainnya stagnan. Nilai transaksi hingga pukul 09.10 WIB mencapai angka Rp 1,77 triliun dengan volume 2,0 miliar saham. Kinerja positif IHSG ini mencerminkan resiliensi pasar saham Indonesia dalam menghadapi tekanan eksternal. Namun, para analis tetap menyarankan kewaspadaan mengingat ketidakpastian geopolitik yang masih berlanjut.
Analisis Para Ahli:
Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menyatakan bahwa kebijakan proteksionis AS berdampak global, termasuk di Indonesia. Pasar menanti keputusan final terkait tarif 25 persen untuk Meksiko dan Kanada serta kenaikan tarif 10 persen untuk Tiongkok pada 4 Maret 2025. Meskipun Meksiko dan Kanada akan melakukan negosiasi intensif, potensi kenaikan tarif tetap ada dan akan memicu reaksi balasan. Tiongkok pun telah menyatakan kesiapan untuk melawan dengan berbagai langkah. Dari sisi teknikal, Demus melihat potensi penguatan IHSG yang terbatas, dengan support di level 6.200 dan resistance di 6.360. Namun, potensi pelemahan tetap terbuka.
Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, mengamati koreksi agresif IHSG yang mendekati Fibonacci projection 161,8 persen di level 6.124. Level ini berpotensi menjadi support signifikan, namun tetap perlu kewaspadaan jika IHSG menembus support psikologis 6.000. Rosanova mencatat level support IHSG di 6.226, 6.124, 5.978, dan 5.911, serta level resisten di 6.443, 6.593, 6.682, dan 6.772. Indikator MACD menunjukkan momentum bearish.
Kinerja Pasar Regional dan Pengaruhnya terhadap Rupiah:
Mayoritas bursa Asia juga menunjukkan kinerja positif, dengan Strait Times naik 0,2 persen (7,63 poin) di level 3.903,33, Shanghai Composite naik 0,46 persen (15,38 poin) di level 3.336,28, dan Nikkei 225 naik 1,13 persen (419,5 poin) ke level 37.572,00. Hanya Hang Seng yang mengalami penurunan, turun 3,28 persen (776,97 poin) ke level 22.941,32.
Di pasar valas, rupiah menunjukkan penguatan terhadap dolar AS. Pada pukul 09.15 WIB, rupiah berada di level Rp 16.521 per dolar AS, menguat 74,50 poin atau 0,45 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.595,5 per dolar AS. Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa pergerakan emerging market terhadap dolar AS secara umum positif, dan hal ini diikuti oleh penguatan indeks saham Asia. Meskipun ada ancaman tarif AS, pelaku pasar cenderung melakukan buy on dip, memanfaatkan penurunan harga sebelumnya. Tjendra memperkirakan potensi penguatan rupiah hingga level 16.500, dengan resisten di kisaran 16.600. Namun, sentimen negatif dari kebijakan Trump tetap menjadi ancaman bagi aset berisiko.