Warga Kebon Pala Tolak Relokasi Rusun, Pilih Bertahan Hadapi Banjir

Warga Kebon Pala Tolak Relokasi Rusun, Pilih Bertahan Hadapi Banjir

Jakarta, [Tanggal Hari Ini] - Di tengah upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengatasi masalah banjir melalui program relokasi ke rumah susun (rusun), sebagian warga Kebon Pala, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, justru memilih untuk tetap tinggal di kediaman mereka meskipun seringkali menjadi korban banjir.

Alasan penolakan ini beragam, mulai dari faktor kenyamanan, kedekatan dengan keluarga dan lingkungan sosial, hingga pertimbangan ekonomi. Bagi mereka, rusun bukanlah solusi yang menarik dibandingkan dengan kehidupan yang sudah mereka jalani selama ini.

Alasan Penolakan Relokasi

  • Kenyamanan dan Kebiasaan: Bagi sebagian warga, Kebon Pala bukan sekadar tempat tinggal, melainkan rumah yang penuh dengan kenangan dan kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Amel (30), salah seorang warga, mengaku sudah betah tinggal di sana sejak kecil. "Ibaratnya lebih nyaman juga di sini walaupun banjir," ujarnya.
  • Kedekatan dengan Keluarga dan Komunitas: Salah satu alasan kuat penolakan relokasi adalah eratnya hubungan kekeluargaan dan komunitas di Kebon Pala. Warga merasa bahwa tetangga sudah seperti saudara sendiri. Relokasi ke rusun dikhawatirkan akan memutus tali persaudaraan dan membuat mereka merasa terasing.
  • Pertimbangan Ekonomi: Biaya hidup di rusun menjadi pertimbangan penting bagi warga. Mereka khawatir harus mengeluarkan biaya tambahan untuk sewa dan fasilitas lainnya. "Rumah di sini juga enggak kontrak karena rumah sendiri, kalau di rusun bayar. Kalau di sini, cuma bayar listrik doang enggak terlalu mahal," jelas Amel.
  • Kehilangan Mata Pencaharian: Bagi sebagian warga yang memiliki usaha di sekitar tempat tinggal mereka, relokasi ke rusun berarti memulai usaha dari awal lagi. Mereka khawatir kehilangan pelanggan dan kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru.

Usulan Solusi Alternatif

Alih-alih relokasi, warga Kebon Pala mengusulkan solusi alternatif untuk mengatasi banjir, yaitu dengan membangun tanggul atau melakukan normalisasi kali. Mereka percaya bahwa solusi ini akan lebih efektif dalam mencegah banjir dan tidak memaksa mereka untuk meninggalkan tempat tinggal mereka.

Sanusi, Ketua RT 13 RW 04 Kebon Pala, berpendapat bahwa normalisasi kali akan mengurangi risiko banjir di berbagai daerah. "Lebih baik normalisasi karena biar banjirnya juga berkurang di beberapa daerah. Kalau relokasi kan tetap saja di sini banjir," ungkapnya.

Tanggapan Pemerintah

Sebelumnya, Wakil Gubernur Jakarta, Rano Karno, telah mengajak warga Jakarta yang terdampak banjir untuk pindah ke rusun yang telah disediakan oleh Pemprov DKI Jakarta. Rano mengklaim bahwa kualitas rusun di Jakarta setara dengan yang ada di Singapura.

"Saya selalu mensosialisasikan kesempatan ini, ‘Ayo, kita pindah ke rusun’. Kita baru kelar nih rusun di Jagakarsa. Saya minta maaf, kualitasnya sama dengan Singapura," ungkap Rano.

Namun, ajakan tersebut tampaknya belum sepenuhnya mendapat respons positif dari warga Kebon Pala. Mereka tetap bersikukuh untuk tinggal di tempat tinggal mereka dan berharap pemerintah dapat mencari solusi lain yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka.

Masa Depan Kebon Pala

Masa depan Kebon Pala masih menjadi tanda tanya. Di satu sisi, pemerintah memiliki program relokasi sebagai solusi untuk mengatasi banjir. Di sisi lain, warga memiliki ikatan yang kuat dengan tempat tinggal mereka dan mengusulkan solusi alternatif. Dialog dan kompromi antara kedua belah pihak sangat diperlukan untuk mencapai solusi yang terbaik bagi semua pihak.