Deforestasi di Sumbawa Picu Erosi dan Bencana, Alternatif Ekonomi Mendesak untuk Selamatkan Hutan

Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), menghadapi ancaman serius akibat kerusakan hutan yang meluas. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB melaporkan bahwa deforestasi masif telah mempercepat erosi lahan, memicu serangkaian bencana alam yang merugikan masyarakat dan infrastruktur.

Kepala BPBD NTB, Ahmadi, menjelaskan bahwa hilangnya vegetasi hutan, terutama di wilayah dengan topografi curam, disebabkan oleh aktivitas berladang jagung yang ekspansif. Praktik ini meluas dari pesisir hingga puncak perbukitan karst, meninggalkan lahan gundul yang rentan terhadap erosi.

"Kerusakan hutan memicu kerusakan infrastruktur termasuk properti masyarakat dan sawah-sawah," kata Ahmadi di Mataram, Jumat (4/4/2025).

Akar Serabut Jagung Tak Mampu Menahan Air

Ketika musim hujan tiba, akar serabut tanaman jagung tidak mampu menahan dan menyerap limpahan air hujan. Akibatnya, tanah menjadi labil, memicu longsor di perbukitan dan banjir bandang yang melanda pemukiman penduduk.

Solusi Ekonomi: Alternatif Komoditas Pengganti Jagung

BPBD NTB menekankan pentingnya penanganan kerusakan lahan dengan pendekatan ekonomi yang berkelanjutan. Solusinya adalah menawarkan alternatif komoditas yang memiliki nilai ekonomi setara atau lebih tinggi dari jagung.

"Penanganan kerusakan lahan dengan memberikan alternatif solusi pendekatan ekonomi. Sehingga harus ada komoditas yang setara dengan nilai ekonomi jagung," ucap Ahmadi.

Salah satu komoditas yang menjanjikan adalah pohon sengon (Albizia chinensis). Sengon memiliki sejumlah keunggulan:

  • Melindungi lereng: Akar sengon yang kuat mampu menahan tanah dan mencegah erosi.
  • Memperbaiki kualitas tanah: Sengon memiliki kemampuan mengikat nitrogen dari udara, menyuburkan tanah.
  • Nilai ekonomi tinggi: Sengon dapat dipanen dalam waktu relatif singkat, sekitar empat tahun, dan memiliki nilai jual yang tinggi.
  • Dapat ditanam tumpang sari: Sengon dapat ditanam bersamaan dengan jagung, memberikan pendapatan tambahan bagi petani.

Potensi Ekonomi Sengon

Ahmadi menjelaskan bahwa satu hektare lahan dapat ditanami hingga 400 pohon sengon. Dengan harga jual satu batang sengon yang besar mencapai Rp 1 juta, potensi pendapatan dari satu hektare lahan mencapai Rp 400 juta saat panen.

"Satu batang sengon yang besar nilainya Rp 1 juta. Satu hektar bisa tanam 400 pohon sengon yang artinya saat panen bisa Rp 400 juta," kata Ahmadi.

Pendekatan Persuasif, Bukan Larangan

BPBD NTB menyadari bahwa melarang petani menanam jagung bukanlah solusi yang tepat. Pendekatan yang lebih efektif adalah memberikan alternatif ekonomi yang menarik dan menguntungkan.

"Kita tidak bisa terlalu melarang orang, kalau sudah ekonomi orang menjadi militansi. Hal terpenting kita memberikan alternatif solusi," imbuhnya.

Bencana Hidrometeorologi di Sumbawa: Catatan Kelam

Pulau Sumbawa telah berulang kali dilanda bencana hidrometeorologi dalam beberapa tahun terakhir. Pada Desember 2024 hingga Februari 2025, berbagai wilayah mengalami longsor dan banjir bandang yang merusak infrastruktur, lahan pertanian, dan pemukiman penduduk.

Bencana hidrometeorologi terus terjadi di Pulau Sumbawa sejak 2012 sampai sekarang sepanjang tahun terutama saat musim hujan.

Kerusakan hutan tidak hanya menyebabkan banjir dan longsor, tetapi juga kekeringan ekstrem saat musim kemarau akibat tidak ada tutupan vegetasi yang dapat menampung air dalam waktu lama. Upaya restorasi hutan dan perubahan pola pertanian menjadi kunci untuk mengatasi masalah ini dan melindungi masa depan Pulau Sumbawa.