Strawberry Parenting: Pengasuhan Penuh Kasih yang Berpotensi Menjerat, Bagaimana Dampaknya?
Dalam lanskap pengasuhan anak yang terus berkembang, muncul sebuah istilah baru yang menarik perhatian: strawberry parenting. Konsep ini menggambarkan gaya pengasuhan yang didasari kasih sayang mendalam dan keinginan untuk melindungi anak dari segala kesulitan. Namun, di balik niat baik tersebut, tersembunyi potensi jebakan yang perlu diwaspadai oleh para orang tua.
Psikolog Klinis Anak dan Remaja, Rendra, M.Psi., menjelaskan bahwa strawberry parenting berakar dari keinginan orang tua untuk menghindarkan anak dari pengalaman pahit yang pernah mereka alami. Mereka berupaya menciptakan lingkungan yang serba nyaman dan aman bagi anak, menjauhkannya dari segala bentuk kesulitan, kegagalan, dan kekecewaan. Pola asuh ini, menurut Rendra, memiliki kemiripan dengan overprotective parenting, di mana orang tua terlalu melindungi anak sehingga menghambat perkembangan kemandirian dan kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan hidup.
Ciri-ciri Strawberry Parenting:
Berikut adalah beberapa ciri utama dari strawberry parenting:
- Perlindungan Berlebihan: Orang tua berusaha keras menjauhkan anak dari segala hal yang berpotensi menimbulkan luka, baik fisik maupun emosional. Mereka tidak ingin anak merasakan sakit, gagal, kecewa, atau menyesal.
- Intervensi Aktif dalam Konflik: Orang tua cenderung langsung turun tangan menyelesaikan masalah anak, tanpa memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar mencari solusi sendiri. Mereka mungkin langsung menghampiri anak yang berkonflik dan menanyakan alasan pertengkaran, atau bahkan memarahi anak lain yang dianggap menyakiti anaknya.
- Menghindari Emosi Negatif: Orang tua berusaha menciptakan lingkungan yang selalu positif dan menyenangkan bagi anak. Mereka cenderung menghindari atau menekan emosi negatif seperti sedih, marah, atau frustrasi.
- Memenuhi Semua Kebutuhan Anak: Orang tua berusaha memenuhi semua kebutuhan dan keinginan anak dengan segera, tanpa memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar bersabar dan berusaha.
Dampak Strawberry Parenting:
Strawberry parenting, meskipun dilandasi niat baik, dapat memberikan dampak negatif bagi perkembangan anak, diantaranya:
- Kesulitan Mengelola Emosi: Anak menjadi tidak terbiasa dengan emosi negatif dan kesulitan mengelolanya. Mereka mungkin menjadi mudah marah, cemas, atau depresi ketika menghadapi situasi yang tidak menyenangkan.
- Rendahnya Daya Juang: Anak menjadi kurang tahan terhadap stres dan kesulitan menghadapi tantangan. Mereka terbiasa mengandalkan orang tua untuk menyelesaikan masalah, sehingga tidak mengembangkan kemampuan untuk mengatasi kesulitan sendiri.
- Kurangnya Kemandirian: Anak menjadi kurang mandiri dan sulit mengambil keputusan sendiri. Mereka terbiasa bergantung pada orang tua untuk segala hal, sehingga tidak mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk bertanggung jawab.
- Hubungan Sosial yang Kurang Baik: Anak mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Mereka mungkin menjadi terlalu bergantung pada orang tua dan kurang mampu membangun hubungan yang sehat dan mandiri dengan teman sebaya.
Strawberry parenting dapat membuat anak tumbuh menjadi individu yang rapuh dan tidak siap menghadapi kerasnya kehidupan. Oleh karena itu, penting bagi para orang tua untuk menyadari potensi jebakan dari pola asuh ini dan berusaha untuk memberikan pengasuhan yang seimbang, antara kasih sayang dan tantangan, perlindungan dan kemandirian.