Berkah Lebaran Ketupat: Penjual Janur di Lumajang Raup Rezeki Musiman
Rezeki Musiman di Balik Tradisi Lebaran Ketupat Lumajang
Tradisi Lebaran Ketupat, atau Bodho Kupat seperti yang dikenal masyarakat Lumajang, Jawa Timur, membawa berkah tersendiri bagi para penjual janur. Perayaan yang jatuh sepekan setelah Idul Fitri ini menjadi momentum bagi warga untuk meraup rezeki musiman dengan berjualan bahan dasar pembuatan ketupat.
Tradisi Bodho Kupat dan Peningkatan Permintaan Janur
Bodho Kupat merupakan tradisi khas Lumajang yang dirayakan setiap tanggal 8 Syawal. Pada hari tersebut, masyarakat biasanya berkumpul dan menyantap hidangan ketupat bersama keluarga dan tetangga. Ketupat, yang terbuat dari beras yang dibungkus anyaman janur, menjadi hidangan utama yang disajikan dengan berbagai lauk seperti sayur santan tahu tempe, opor ayam, atau rendang.
Permintaan janur, sebagai bahan utama pembuatan ketupat, meningkat drastis menjelang dan saat perayaan Bodho Kupat. Hal ini dimanfaatkan oleh sebagian warga Lumajang untuk berjualan janur secara musiman. Mereka menjajakan janur di pinggir jalan, pasar tradisional, atau bahkan menawarkan jasa pembuatan ketupat siap isi.
Sentra Penjual Janur Dadakan di Tompokersan
Pemandangan unik terlihat di sepanjang Jalan Dr. Sutomo, Kelurahan Tompokersan, Kecamatan Lumajang, saat memasuki H+4 hingga H+7 Lebaran. Belasan penjual janur dadakan berjejer di pinggir jalan, menawarkan berbagai jenis janur dan daun pisang. Menariknya, sebagian besar penjual ini berasal dari satu desa, yaitu Desa Barat, Kecamatan Padang. Setiap tahun, mereka rutin berjualan di lokasi tersebut untuk memanfaatkan momen Bodho Kupat.
Mat Su'in, salah seorang penjual janur musiman, mengungkapkan bahwa ia dan rekan-rekannya mulai membuka lapak sejak siang hingga sore hari. Harga janur bervariasi, tergantung jenis dan bentuknya. Janur yang masih berupa lembaran dijual seharga Rp 5.000 per ikat (isi 10 lembar), sementara ketupat yang sudah dirangkai dijual seharga Rp 15.000 per 10 buah. Dalam tiga hari berjualan, Mat Su'in mengaku bisa menjual hingga 1.000 tangkai janur.
"Hasilnya lumayan, bisa buat biaya Lebaran," ujar Mat Su'in, mengungkapkan rasa syukurnya atas rezeki yang didapat dari berjualan janur.
Kemudahan Bagi Pembeli
Kehadiran penjual janur dadakan ini tentu saja memudahkan masyarakat yang ingin merayakan Bodho Kupat. Fitri, salah seorang pembeli, mengaku sangat terbantu dengan adanya penjual janur siap pakai. Ia tidak perlu lagi repot-repot merangkai ketupat sendiri.
"Enak, lebih simpel beli langsung jadi (ketupat). Nanti di rumah tinggal diisi beras, jadi tidak perlu repot-repot merangkai bentuk ketupatnya," kata Fitri.
Tradisi Bodho Kupat tidak hanya menjadi ajang silaturahmi dan makan bersama, tetapi juga memberikan berkah ekonomi bagi sebagian masyarakat Lumajang. Penjual janur dadakan menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi ini, menghidupkan suasana Lebaran dan menyediakan kemudahan bagi mereka yang ingin merayakan Bodho Kupat dengan hidangan ketupat yang lezat.