Lebaran Topat Lombok: Tradisi Ziarah dan Syukuran di Makam Loang Baloq

Lebaran Topat Lombok: Tradisi Ziarah dan Syukuran di Makam Loang Baloq

Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, kembali merayakan Lebaran Topat pada Senin (7/4/2025), sebuah tradisi syukuran yang menandai berakhirnya rangkaian perayaan Idul Fitri. Perayaan ini dipusatkan di berbagai lokasi di seluruh pulau, salah satunya yang paling ramai adalah Makam Loang Baloq, sebuah kompleks pemakaman bersejarah yang terletak di Kelurahan Tanjung Karang, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram.

Makam Loang Baloq bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir, melainkan juga destinasi wisata religi yang sarat makna. Menghadap langsung ke keindahan Pantai Tanjung Karang, makam ini menjadi daya tarik bagi peziarah dan wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat sejarah penyebaran Islam di Lombok. Dari pagi hingga menjelang senja, pengunjung silih berganti mendatangi makam untuk berziarah, memanjatkan doa, dan mengungkapkan rasa syukur.

Jejak Ulama Besar di Loang Baloq

Muzmal, juru kunci Makam Loang Baloq, menuturkan bahwa makam ini telah ada sejak abad ke-17. Sosok penting yang dimakamkan di sini adalah Maulana Syekh Gauz Abdurrazak, atau yang lebih dikenal sebagai Sayyid Tohri, seorang ulama besar dari Jazirah Arab yang datang ke Lombok pada tahun 1866. Sebelum tiba di Lombok, Syekh Abdurrazak sempat singgah di Palembang sebelum akhirnya mendarat di Pantai Ampenan, Mataram.

Di Lombok, Syekh Abdurrazak menyebarkan ajaran Islam dan menjadi tokoh yang sangat dihormati oleh masyarakat. Setelah wafat, ia dimakamkan di Loang Baloq, dan makamnya menjadi tempat yang dikeramatkan dan diziarahi hingga kini. Tradisi menjaga makam ini pun diwariskan secara turun temurun, dari generasi ke generasi.

Tradisi dan Pantangan di Makam Loang Baloq

Menurut Muzmal, tidak banyak perubahan yang terjadi di kompleks makam Loang Baloq dari waktu ke waktu. Namun, ada beberapa peraturan penting yang perlu diperhatikan oleh para pengunjung, salah satunya adalah larangan mengikat nazar pada akar pohon beringin yang menaungi makam dengan menggunakan plastik.

"Dulu, orang-orang sering mengikat nazar dengan plastik, tapi sekarang tidak diperbolehkan lagi. Mereka bisa mengikat dengan akar-akar pohon," jelas Muzmal. Ia menambahkan bahwa dirinya tidak pernah menanyakan apa isi nazar atau janji yang diucapkan oleh para peziarah. Tugasnya hanya menjaga makam dan memastikan kebersihannya.

Takilan dan Nazar dalam Tradisi Ziarah

Para peziarah yang datang ke Makam Loang Baloq biasanya membawa takilan, yaitu hidangan atau bekal makanan dari rumah yang disiapkan dalam jumlah besar. Hal ini karena mereka biasanya datang bersama rombongan keluarga atau kerabat.

Sarifah, seorang peziarah dari Desa Bayan, Lombok Utara, mengaku telah menyiapkan berbagai macam makanan, termasuk ketupat dan jajan bantal, sejak malam sebelum berangkat ke makam. Kedatangannya ke makam kali ini adalah untuk membayar nazar atas kesembuhan bibinya yang sempat sakit.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Hj. Ayunah, warga Kekalik, Mataram. Ia bernazar akan berziarah ke Makam Loang Baloq jika cucunya yang berusia 3 tahun sembuh dari penyakit gatal. "Alhamdulillah, cucu saya sudah sembuh, jadi saya datang untuk memenuhi nazar," ujarnya.

Saat ini, bernazar tidak harus diucapkan secara lisan, tetapi cukup diucapkan dalam hati. Yang terpenting adalah niat yang tulus dan keyakinan akan kekuatan doa.

Lebaran Topat: Lebih dari Sekadar Ziarah

Perayaan Lebaran Topat di Lombok tidak hanya menjadi momentum untuk berziarah, tetapi juga menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk menikmati keindahan alam. Pantai Tanjung Karang menjadi daya tarik tersendiri, dengan banyaknya warga yang berkeliling pantai menggunakan perahu atau kuda.

Wakil Walikota Mataram, TGH Mujiburrahman, dalam sambutannya saat membuka acara perayaan di Pantai Loang Baloq, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini. Ia berharap perayaan Lebaran Topat dapat menjadi ajang silaturahmi dan hiburan yang positif bagi masyarakat.

"Saya atas nama pemerintah Kota Mataram, memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya, mohon agar kegiatan ini dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya," kata Mujiburrahman. Ia juga mengingatkan agar kegiatan di Taman Hiburan Rakyat Pantai Tanjung Karang selalu dilakukan di bawah pengawasan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kota Mataram.

Kemeriahan Lebaran Topat di Mataram semakin terasa dengan adanya tradisi berebut ketupat yang disusun menyerupai masjid. Tradisi ini biasanya dilakukan setelah acara seremonial dan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Suasana penuh keceriaan dan kebersamaan mewarnai perayaan yang penuh makna ini.