Respons Tarif Impor AS: Presiden Prabowo Siapkan Strategi Diversifikasi Pasar dan Mitigasi Dampak Ekonomi

Dampak Tarif Impor AS dan Respons Strategis Indonesia

Presiden Prabowo Subianto menyatakan keprihatinannya atas potensi dampak signifikan dari kebijakan tarif impor baru yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap Indonesia. Kebijakan ini diperkirakan akan memukul sektor-sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, garmen, dan furnitur, yang memiliki kontribusi besar dalam penyerapan tenaga kerja.

"Masalah Trump ini akan, kita harus lihat nanti, mungkin kita akan alami dampak yang berat, mungkin, terutama yang bisa kena adalah industri tekstil, sepatu, garment, dan furniture. Ya ini. Ini berat, karena ini padat karya," ujar Prabowo dalam diskusi dengan para pemimpin redaksi media nasional.

Menanggapi tantangan ini, Presiden Prabowo menekankan pentingnya mencari solusi alternatif dan diversifikasi pasar ekspor Indonesia. Beliau menyatakan komitmennya untuk menjajaki peluang pasar baru di berbagai belahan dunia, mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional seperti Amerika Serikat. Langkah ini dipandang krusial untuk menjaga stabilitas ekonomi dan melindungi kepentingan industri dalam negeri.

Strategi Diversifikasi Pasar dan Kemandirian Ekonomi

Prabowo menyoroti pentingnya kemandirian ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada satu negara atau sistem ekonomi tertentu. Beliau mengingatkan bahwa Indonesia selama ini terlalu terpaku pada model ekonomi yang diajarkan oleh Amerika Serikat, dan kini saatnya untuk membangun strategi yang lebih mandiri dan adaptif terhadap perubahan global.

"Kita akan cari jalan keluar, kita harus berani mencari pasar baru. Kita terlalu manja juga, kita tuh selama ini tertarik oleh ekonomi Amerika, benar, karena ini kan sistem ekonomi yang Amerika ajarkan kepada kita kan, free market, globalization, borders, mereka ajarkan ke kita, kita murid yang setia, we follow what the teach us, all the time. The sixties, the seventies, the eighties, kita ikut Amerika, paling setia paling loyal," kata Prabowo.

Beliau juga menekankan bahwa situasi global saat ini mengalami perubahan signifikan, dan Indonesia perlu menyesuaikan diri dengan realitas baru ini. Hal ini termasuk menjalin kerjasama yang lebih erat dengan negara-negara lain di Asia, Eropa, dan Australia.

Diplomasi dan Negosiasi Internasional

Sebagai langkah konkret, Presiden Prabowo akan mengirimkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, ke Amerika Serikat untuk bernegosiasi dengan pihak terkait. Selain itu, beliau sendiri dijadwalkan untuk melakukan kunjungan ke Eropa pada awal Mei guna membahas isu-isu ekonomi dan mencari peluang kerjasama baru. Prabowo juga sudah bertemu dengan PM Anwar dari Malaysia untuk melakukan koordinasi.

"Saya juga akan berangkat ke Eropa awal Mei, saya akan ketemu PM Anwar nanti sore (sudah bertemu-red), kita koordinasi, kemarin Menko Perekonomian Pak Airlangga dari Kuala Lumpur koordinasi, nanti menteri-menteri ASEAN juga akan koordinasi, dan kita akan terus hubungan, saya akan kirimkan Pak Airlangga ke Washington, kita sudah punya kontak dengan tokoh-tokoh di Washington, kita akan diskusi, iya kita akan negosiasi," tutur Prabowo.

Presiden Prabowo mengakui bahwa Amerika Serikat memiliki hak untuk membela kepentingan nasionalnya. Namun, beliau juga menekankan pentingnya negosiasi yang konstruktif untuk mencapai solusi yang saling menguntungkan.

Potensi Pasar Afrika dan Penguatan Pasar Domestik

Selain diversifikasi pasar ekspor, Presiden Prabowo juga menyoroti potensi besar pasar Afrika sebagai tujuan ekspor baru bagi produk-produk Indonesia. Beliau mendorong para pengusaha Indonesia untuk berani menjelajahi peluang di benua Afrika, yang memiliki populasi besar, sumber daya alam yang melimpah, dan kebutuhan yang beragam.

"Tapi maksud saya juga pengusaha-pengusaha kita juga harus istilahnya punya long term planning dan tidak tergantung pada suatu pasar yang enak, iya kan? Kita harus berani, kenapa kita tidak ke Afrika, Afrika itu the new emerging market of the world, jumlah penduduk besar, resources-nya banyak, kebutuhannya banyak, ada pengusaha-pengusaha kita yang berani ke Afrika. Yang kita concern hanya garment, sepatu, itu dua yang kita concern, tapi ini bagian, masalahnya adalah kita harus berani," jelas Prabowo.

Lebih lanjut, Prabowo menekankan pentingnya penguatan pasar domestik sebagai salah satu strategi untuk mengurangi dampak negatif dari kebijakan tarif impor AS. Beliau bertekad untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga pasar domestik menjadi lebih kuat dan mandiri.

"Saya bertekad untuk mengurangi kemiskinan, jadi kalau orang miskin kita keluarkan dari kemiskinan, dia punya resources, punya uang, domestic market kita hidup. Kita 300 juta loh sebentar lagi. Kita sebesar Amerika. Nanti sepatunya kita jual saja di antara kita. Pakaian kita punya anak sekolah berapa anak sekolah kita, 60 juta, 70 juta, penerima manfaat 82 juta. Jadi anak kita paling 75 juta mungkin. Mereka butuh sepatu, mereka butuh pakaian, pakaian olahraga, pakaian pramuka. Saya harus kumpul dengan tokoh tokoh industri, kita bicara, kita cari jalan keluar dan kita berusaha mitigasi kesulitan yang akan ditimbulkan dan kesulitan ini akan kena seluruh dunia," lanjut Prabowo.

Perubahan Lanskap Ekonomi Global

Prabowo menyimpulkan bahwa dunia saat ini sedang mengalami perubahan besar dalam lanskap ekonomi dan politik. Beliau mengajak semua pihak untuk bersiap menghadapi tantangan dan peluang yang muncul, serta untuk bekerja sama membangun ekonomi Indonesia yang lebih kuat, mandiri, dan berdaya saing.

"Tapi ini ya sekarang terjadi apa, shifting, orang lagi cari teman ini, cari kawan, kita juga bingung sebenarnya. Tapi dalam arti kita mengerti, mereka concern, ekonomi mereka tidak produktif." imbuh dia.