Universitas La Sapienza Italia Batalkan Presentasi Buku Mantan Pemimpin Hamas, Picu Kontroversi

Universitas La Sapienza Batalkan Presentasi Buku Yahya Sinwar: Kontroversi di Italia

Universitas La Sapienza di Roma, salah satu universitas tertua dan terbesar di dunia dengan populasi mahasiswa sekitar 150.000 orang, telah membatalkan izin penyelenggaraan presentasi buku karya Yahya Sinwar, mantan pemimpin Hamas yang tewas dalam operasi militer di Gaza pada Oktober 2024. Acara yang dijadwalkan pada Rabu, 5 Maret 2025, ini diinisiasi oleh kelompok mahasiswa pro-Palestina. Buku berjudul The Thorns and the Carnation, yang diterbitkan oleh penerbit independen Italia, Editori della Luce, rencananya akan diperkenalkan kepada publik akademis. Pembatalan mendadak ini telah menimbulkan kontroversi di Italia, memicu perdebatan sengit antara pendukung Palestina, akademisi, dan kelompok Yahudi.

Keputusan La Sapienza untuk mencabut izin tersebut disambut dengan kekecewaan oleh kelompok mahasiswa penyelenggara. Mereka berpendapat bahwa presentasi buku tersebut merupakan kesempatan berharga untuk memahami situasi kompleks di Palestina, termasuk dinamika konflik yang mereka sebut sebagai genosida di Gaza dan pembersihan etnis di wilayah Palestina lainnya. Mereka menekankan pentingnya dialog dan pemahaman yang lebih luas mengenai perspektif Palestina dalam konflik tersebut. Namun, penolakan ini mendapat dukungan dari pihak lain. Seorang profesor universitas, yang memilih untuk tidak disebutkan namanya, menyatakan ketidaksetujuannya terhadap acara tersebut, meskipun ia mengaku bersimpati terhadap perjuangan Palestina. Pernyataannya menekankan adanya perbedaan pendapat yang tajam di kalangan akademisi Italia terkait isu ini.

Di sisi lain, Presiden Persatuan Komunitas Yahudi Italia, Noemi Di Segni, secara tegas mengecam rencana presentasi tersebut. Ia menilai acara ini berpotensi berbahaya dan dapat memicu aksi terorisme terorganisir. Pernyataan ini memperkuat kecaman yang telah dilontarkan sebelumnya terkait figur Yahya Sinwar yang dianggap sebagai dalang serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel. Ketegangan antara Israel dan Hamas yang masih berlangsung hingga saat ini, dan gencatan senjata yang rapuh, menambah kompleksitas situasi politik dan menambah sensitivitas isu ini di kancah internasional. Pembatalan acara tersebut menjadi sorotan utama, memperlihatkan keragaman pandangan dan ketegangan yang masih tinggi terkait konflik Israel-Palestina di tengah masyarakat Italia.

Peristiwa ini juga menyoroti kompleksitas isu kebebasan akademik dan hak penyampaian pendapat dalam konteks konflik internasional yang sensitif. Di satu sisi, terdapat kebebasan akademik dan hak untuk mengeksplorasi berbagai perspektif, bahkan yang kontroversial. Di sisi lain, terdapat kekhawatiran akan potensi penyebaran ideologi ekstremisme dan dampaknya pada keamanan nasional. Pembatalan presentasi buku Yahya Sinwar di La Sapienza menunjukkan betapa rumitnya menyeimbangkan kedua nilai tersebut, terutama ketika berkaitan dengan isu-isu yang penuh dengan muatan politis dan emosional seperti konflik Israel-Palestina.

Situasi ini menimbulkan pertanyaan penting tentang bagaimana universitas dapat memfasilitasi diskusi yang kritis dan terbuka mengenai konflik internasional yang sensitif tanpa mengorbankan keamanan dan ketertiban publik. Perdebatan yang dipicu oleh pembatalan ini kemungkinan akan berlanjut, mencerminkan kompleksitas dan sensitivitas konflik Israel-Palestina dalam konteks global.