Presiden Prabowo Subianto Menepis Kekhawatiran Publik Terkait Utang Negara: Rasio Utang Indonesia Tergolong Rendah Dibandingkan Negara Lain

Prabowo Minta Masyarakat Tidak Khawatir dengan Utang Indonesia

Presiden terpilih, Prabowo Subianto, baru-baru ini menyampaikan pernyataan yang menenangkan terkait kondisi utang negara Indonesia. Dalam diskusi dengan sejumlah pemimpin redaksi media di kediamannya di Padepokan Garuda Yaksa Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Prabowo menegaskan bahwa meskipun Indonesia memiliki utang yang besar, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih tergolong salah satu yang terkecil di dunia jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Pernyataan ini bertujuan untuk meredakan kekhawatiran publik terkait isu utang negara yang sering menjadi perdebatan.

"Kita punya utang besar. Utang kita dibandingkan dengan banyak negara, utang kita salah satu yang secara perbandingan itu terkecil di dunia," kata Prabowo, seperti dikutip dari tayangan YouTube harian Kompas.

Data dan Fakta Utang Indonesia

Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia, posisi utang pemerintah per akhir Juni 2024 mencapai Rp 8.444,87 triliun. Utang ini terdiri dari:

  • Surat Berharga Negara (SBN): Rp 7.418,76 triliun
  • Pinjaman: Rp 1.026,11 triliun

Dalam kurun waktu satu tahun, utang pemerintah mengalami peningkatan sebesar Rp 589,34 triliun atau sekitar 7,5 persen dibandingkan dengan posisi pada Juli 2023. Peningkatan ini menyebabkan rasio utang Indonesia terhadap PDB naik menjadi 39,13 persen pada Juni 2024, yang mana mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan rasio utang tahun sebelumnya yang sebesar 37,78 persen terhadap PDB. Meskipun terjadi kenaikan, Prabowo menekankan bahwa rasio ini masih relatif rendah dibandingkan dengan negara lain.

Perbandingan dengan Negara Lain

Prabowo juga memberikan contoh negara-negara lain yang menghadapi masalah inflasi yang lebih parah.

"Anda lihat inflasi Turkiye 44 persen, mereka sudah hebat, mereka turun dari 85 persen. Argentina 117 persen, mereka sudah turun enggak tahu, (mungkin dari) 300 persen," ujar Prabowo.

Perbandingan ini bertujuan untuk memberikan perspektif bahwa Indonesia masih berada dalam kondisi yang relatif stabil dibandingkan dengan negara-negara lain yang menghadapi tantangan ekonomi yang lebih besar.

Koreksi Diri dan Tanggung Jawab Bersama

Lebih lanjut, Prabowo mengajak seluruh bangsa untuk melakukan koreksi diri dan mengakui kesalahan yang mungkin telah dilakukan selama 30 tahun terakhir.

"Jadi kita ini harus jangan terlalu takut bahwa dunia ini tidak baik-baik saja. Terus terang saja, kita koreksi diri ya sebagai bangsa, selama 30 tahun ini, kita banyak melakukan blunder. Kita akui saja. Jangan salah siapa presidennya. Masak satu presiden bertanggung jawab atas semua? Ini banyak blunder," kata Prabowo.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa Prabowo menekankan pentingnya tanggung jawab bersama dalam membangun bangsa dan tidak menyalahkan satu pihak atas semua permasalahan yang ada.

Analisis dan Perspektif

Pernyataan Prabowo ini dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk membangun kepercayaan publik terhadap kemampuan pemerintah dalam mengelola utang negara. Dengan memberikan data dan perbandingan yang relevan, Prabowo berusaha meyakinkan masyarakat bahwa meskipun utang negara besar, namun masih dalam batas yang aman dan terkendali. Namun, penting untuk diingat bahwa pengelolaan utang negara tetap menjadi tantangan yang serius dan memerlukan kebijakan yang hati-hati dan berkelanjutan.

Kenaikan rasio utang terhadap PDB tetap menjadi perhatian yang harus diwaspadai. Pemerintah perlu terus berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengoptimalkan penerimaan negara agar dapat mengurangi ketergantungan pada utang. Selain itu, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan utang negara juga sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik dan mencegah terjadinya penyimpangan.