Rupiah Tertekan Sentimen Global, Bank Indonesia Ambil Langkah Stabilisasi Agresif
Rupiah Tertekan Sentimen Global, Bank Indonesia Ambil Langkah Stabilisasi Agresif
Nilai tukar Rupiah mengalami tekanan signifikan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) pasca libur Lebaran, dipicu oleh sentimen negatif dari kebijakan tarif impor yang diumumkan oleh Presiden AS dan respons balasan dari China. Pada pembukaan perdagangan, Dolar AS sempat menyentuh level Rp 17.200, sebelum akhirnya Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi untuk meredam gejolak tersebut.
Intervensi BI di Pasar Valuta Asing
Menyikapi volatilitas pasar yang meningkat, Bank Indonesia bergerak cepat untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada hari yang sama, BI memutuskan untuk melakukan intervensi secara terukur di pasar off-shore (Non Deliverable Forward/NDF). Langkah ini bertujuan untuk mengurangi tekanan terhadap Rupiah yang terjadi akibat sentimen global yang kurang kondusif.
Kepala Departemen Komunikasi Direktur Eksekutif Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa intervensi di pasar off-shore dilakukan secara berkesinambungan di berbagai pusat keuangan dunia, termasuk Asia, Eropa, dan New York. Hal ini menunjukkan komitmen BI untuk menjaga stabilitas Rupiah di tengah ketidakpastian global.
Langkah Agresif di Pasar Domestik
Selain intervensi di pasar off-shore, BI juga mengumumkan langkah-langkah agresif yang akan dilakukan di pasar domestik. Mulai tanggal 8 April 2025, BI akan melakukan intervensi di pasar valas (Spot dan DNDF) serta melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas Rupiah dan menstabilkan nilai tukar secara langsung di pasar domestik.
Optimalisasi Likuiditas Rupiah
Bank Indonesia juga akan mengoptimalkan instrumen likuiditas Rupiah untuk memastikan ketersediaan likuiditas yang cukup di pasar uang dan perbankan domestik. Hal ini penting untuk menjaga kelancaran transaksi dan mencegah terjadinya panic buying atau aksi spekulasi yang dapat memperburuk kondisi pasar.
Dampak Kebijakan Tarif dan Respons Pemerintah
Kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan oleh pemerintah AS pada tanggal 2 April dan respons kebijakan retaliasi tarif oleh pemerintah China pada tanggal 4 April 2025 telah menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan global. Arus modal keluar dan tekanan pelemahan nilai tukar dirasakan oleh banyak negara, terutama negara berkembang. Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah semakin terasa di pasar off-shore (Non Deliverable Forward/NDF) selama libur panjang Idulfitri 1446H.
Komitmen BI untuk Stabilitas Rupiah
Serangkaian langkah-langkah yang diambil oleh Bank Indonesia menunjukkan komitmen kuat untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan menjaga kepercayaan pelaku pasar dan investor terhadap Indonesia. BI akan terus memantau perkembangan pasar global dan domestik serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Rangkuman Langkah-langkah BI:
- Intervensi di pasar off-shore (NDF) secara berkesinambungan.
- Intervensi agresif di pasar valas domestik (Spot dan DNDF).
- Pembelian SBN di pasar sekunder.
- Optimalisasi instrumen likuiditas Rupiah.
Dengan langkah-langkah ini, Bank Indonesia berharap dapat meredam volatilitas nilai tukar Rupiah dan menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global yang meningkat.