Terungkap! Misteri Warna Bulu Mamalia Purba: Seragam Cokelat di Era Dinosaurus
Misteri Warna Bulu Mamalia Purba Terpecahkan: Dominasi Cokelat di Zaman Dinosaurus
Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Science mengungkap fakta mengejutkan tentang warna bulu mamalia purba. Bertentangan dengan keragaman warna yang kita lihat pada mamalia modern saat ini, seperti sapi dengan corak hitam putih, kerbau cokelat, atau singa kuning keemasan, nenek moyang mamalia ternyata memiliki warna bulu yang relatif seragam: cokelat. Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang kehidupan mamalia di bawah bayang-bayang dinosaurus.
Penelitian ini menggunakan metode pencitraan fosil canggih untuk menganalisis sel-sel penghasil pigmen (melanosom) pada fosil mamalia awal yang berasal dari Periode Cretaceous Awal dan Jurassic. Para peneliti memeriksa enam spesimen berbeda yang mewakili lima kelompok mamalia. Hasilnya menunjukkan kesamaan yang mencolok dalam struktur melanosom, yang mengindikasikan warna bulu cokelat. Steve Brusatte, seorang pakar biologi evolusi dari University of Edinburgh, menyatakan keterkejutannya atas penemuan ini, mengingat pandangan konvensional sebelumnya yang menganggap bahwa warna spesies punah tidak akan pernah dapat diketahui.
Ukuran Kecil dan Gaya Hidup Nokturnal
Studi ini juga mengkonfirmasi bahwa mamalia pada era Mesozoikum umumnya berukuran kecil, seringkali tidak lebih besar dari hewan pengerat. Gaya hidup mereka juga berbeda secara signifikan dari banyak mamalia modern. Mamalia purba cenderung aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal), sebuah strategi yang mungkin membantu mereka menghindari perhatian predator dinosaurus.
Matthew Shawkey, seorang ahli biologi dari Universitas Ghent Belgia, menjelaskan bahwa perubahan warna bulu yang beragam pada mamalia modern merupakan hasil adaptasi multifungsi. Warna-warni tersebut berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan mamalia, termasuk:
- Menarik pasangan
- Berkomunikasi
- Melakukan pertahanan diri
- Berkamuflase
Shawkey berpendapat bahwa mamalia di era dinosaurus harus berhati-hati agar tidak menarik perhatian predator besar, sehingga warna bulu yang tidak mencolok menjadi pilihan yang paling aman.
Keterbatasan Penelitian dan Perspektif Alternatif
Tim peneliti mengukur warna 116 spesies modern menggunakan spektrofotometri dan mikroskop elektron untuk memeriksa melanosom secara detail. Kemudian, mereka menganalisis melanosom dari enam fosil berusia 165-120 juta tahun. Hasilnya menunjukkan kesamaan melanosom pada semua fosil tersebut.
Namun, Luke Weaver, seorang paleontolog dari University of Michigan, menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan karena ukuran sampel yang relatif kecil dan hanya mencakup periode waktu tertentu. Ia berpendapat bahwa kesimpulan yang berbeda mungkin ditarik jika penelitian tersebut mencakup warna bulu mamalia dari Zaman Kapur. Berdasarkan penelitian lain, Weaver mengamati bahwa diversifikasi warna bulu mamalia mungkin sudah terjadi sekitar 30 juta tahun yang lalu, sebelum kepunahan dinosaurus. Oleh karena itu, ia menyarankan untuk berhati-hati dalam menggeneralisasi temuan ini untuk semua mamalia awal, dan menekankan bahwa ada banyak perkembangan menarik yang terjadi, terutama pada akhir Zaman Kapur.
Implikasi Penemuan
Terlepas dari keterbatasan tersebut, studi ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman kita tentang evolusi mamalia. Penemuan bahwa nenek moyang mamalia memiliki warna bulu yang seragam cokelat menyoroti tekanan evolusioner yang dihadapi mamalia di era dinosaurus. Dominasi warna cokelat menunjukkan bahwa kamuflase dan menghindari perhatian predator merupakan faktor penting dalam kelangsungan hidup mamalia purba. Penelitian ini membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut tentang evolusi warna bulu mamalia dan peran adaptasi dalam diversifikasi spesies.