Prabowo Subianto Ungkap Faktor Keterlambatan Penanganan TBC di Indonesia

Prabowo Subianto Ungkap Faktor Keterlambatan Penanganan TBC di Indonesia

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyoroti tingginya kasus Tuberkulosis (TBC) di Indonesia dan mengungkapkan beberapa faktor penyebabnya. Dalam perbincangan dengan sejumlah jurnalis senior di kediamannya di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Prabowo menekankan pentingnya deteksi dini dan kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini.

Akar Masalah TBC di Indonesia

Prabowo menjelaskan bahwa salah satu masalah utama adalah banyak kasus TBC baru terdeteksi ketika sudah mencapai stadium lanjut. Padahal, TBC merupakan penyakit yang sebenarnya dapat disembuhkan jika terdiagnosis lebih awal. Keterlambatan deteksi ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

  • Kurangnya Kesadaran Masyarakat: Banyak masyarakat Indonesia cenderung mengabaikan gejala awal TBC seperti batuk berkepanjangan. Mereka seringkali menganggapnya sebagai penyakit ringan seperti flu, masuk angin, atau alergi, sehingga enggan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
  • Enggan Memeriksakan Diri: Masyarakat cenderung menunda atau menghindari pemeriksaan kesehatan, meskipun gejala yang dialami sudah berlangsung lama. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya informasi, biaya pemeriksaan, atau ketakutan akan diagnosis.

"Kita punya pengidap TBC, salah satu yang tertinggi di dunia. Para ahli mengatakan begitu ketahuan stadium lanjut. Padahal TBC mudah diobati, banyak negara sudah tidak ada TBC," ujar Prabowo.

Solusi: Deteksi Dini dan Akses Layanan Kesehatan

Menyadari permasalahan ini, Prabowo menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin bagi seluruh warga negara Indonesia. Ia juga menyoroti program pemerintah yang menyediakan fasilitas cek kesehatan gratis bagi masyarakat. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan deteksi dini TBC dan penyakit lainnya.

"Kita bikin cek kesehatan gratis, kalau lebih dini ketahuan, lebih gampang, lebih murah mengobatinya. Dan korban TBC di kita bisa lebih menurun," tegasnya.

TBC: Ancaman Kesehatan Global yang Serius

Tuberkulosis (TBC) tetap menjadi ancaman kesehatan global yang signifikan. Data tahun 2023 menunjukkan bahwa diperkirakan 10,8 juta orang di seluruh dunia menderita TBC, dengan 1 juta kematian. Indonesia termasuk dalam daftar negara dengan beban TBC tertinggi di dunia. Kementerian Kesehatan RI memperkirakan ada sekitar 1.090.000 kasus TBC di Indonesia pada tahun 2024, dengan potensi 125.000 kematian.

Upaya penanggulangan TBC memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan peningkatan kesadaran masyarakat, akses terhadap layanan kesehatan yang terjangkau, deteksi dini, pengobatan yang efektif, dan dukungan bagi pasien TBC.