Rupiah Tertekan Sentimen Tarif Impor AS Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok dan Sempat Dihentikan Sementara

Rupiah Tertekan Sentimen Tarif Impor AS Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok dan Sempat Dihentikan Sementara

Jakarta – Pasar keuangan Indonesia memulai perdagangan pasca libur panjang Lebaran dengan sentimen negatif. Rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar AS, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan hingga sempat dihentikan sementara (trading halt). Sentimen utama yang membebani pasar adalah kekhawatiran terhadap kebijakan tarif impor baru yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Pelemahan Rupiah dan Proyeksi Pasar

Pada pembukaan perdagangan Selasa (8/4/2025), nilai tukar rupiah berada di level Rp 16.858 per dolar AS, melemah 36 poin atau 0,22 persen dibandingkan posisi sebelumnya. Analis pasar uang memprediksi bahwa pelemahan ini merupakan respons terhadap berita mengenai tarif impor AS yang muncul selama periode libur Lebaran.

Ariston Tjendra, Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.800 pada awal perdagangan dan berpotensi menguat ke sekitar Rp 16.700 di akhir sesi. Meskipun terdapat aksi beli saat harga turun (buy on dip) di beberapa pasar saham Asia yang dapat memberikan sentimen positif, pasar secara keseluruhan masih rentan terhadap tekanan akibat isu perang tarif dan penantian hasil negosiasi antara berbagai negara dengan AS.

"Terlepas aksi buy on dip pasar hari ini yang bisa memberikan sentimen positif ke aset berisiko, pasar masih rentan tertekan pekan ini karena isu perang tarif masih bergulir dan pasar menunggu hasil negosiasi tarif beberapa negara," kata Ariston.

Dampak pada Pasar Saham: IHSG Anjlok dan Trading Halt

Sentimen negatif juga terasa di pasar saham. IHSG dibuka di zona merah dengan penurunan signifikan. Pada pukul 09.01 WIB, IHSG berada di posisi 5.912, melemah 598,55 poin atau 9,19 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di level 6.510.

Penurunan tajam ini memicu Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk melakukan trading halt selama 30 menit, sesuai dengan ketentuan yang berlaku apabila IHSG mengalami penurunan lebih dari 8 persen.

Faktor-faktor Pendorong Pelemahan

Berikut adalah faktor-faktor utama yang mendorong pelemahan rupiah dan penurunan IHSG:

  • Tarif Impor AS: Kebijakan tarif impor baru yang diterapkan AS menimbulkan kekhawatiran terhadap potensi dampak negatif pada kinerja ekspor Indonesia dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
  • Ketidakpastian Global: Perang tarif yang sedang berlangsung antara AS dan negara-negara lain menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan global, yang cenderung mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman (safe haven).
  • Sentimen Libur Panjang: Setelah libur panjang, biasanya terjadi penyesuaian posisi oleh para pelaku pasar yang dapat memicu volatilitas.

Pasar keuangan Indonesia saat ini berada dalam fase yang sensitif terhadap sentimen eksternal. Perkembangan negosiasi tarif antara AS dan negara-negara lain akan menjadi faktor penentu arah pergerakan rupiah dan IHSG dalam beberapa waktu mendatang.